Saturday, 18 January 2014

Karakteristik penularan penyakit colibasilosis

Colibasilosis umumnya dianggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan unggas. Bakteri Escherichia coli (E. coli) biasanya terdapat dalam jaringan atau saluran pernapasan ayam yang sakit. Infeksi oleh E. coli dianggap sebagai infeksi sekunder terhadap penyakit menular atau tidak menular sehingga sebagai  bagian yang memperumit suatu penyakit. E. coli bisa juga sebagai infeksi primer. Kejadian kolibasilosis belakangan ini pemunculannya sangat menonjol pada ayam pedaging, terutama yang berumur muda, antara 1 – 2 minggu. Angka kematian bisa mencapai 10% dan akan lebih besar lagi apabila disertai infeksi lain yang mengikutinya, seperti : ND, M. gallisepticum atau IB. Sebenarnya Kolibasilosis menyerang ayam semua umur, kebanyakan dilaporkan terjadi pada ayam yang dipelihara dalam keadaan sanitasi yang sangat rendah. Bakteri E. coli akan melimpah pada air yang kualitasnya jelek, terutama setelah turunnya hujan. Angka kematian bisa mencapai 10% dan akan lebih besar lagi apabila disertai infeksi lain yang mengikutinya, seperti: ND, M. gallisepticum atau IB ...

E. coli bersifat pathogen dan infeksinya dapat berbentuk kematian embrio pada telur tetas, infeksi yolksac, omfalitis, koliseptikemia, airsacculitis (radang kantong udara), enteritis, infeksi alat reproduksi (salpingitis). Berbagai bentuk kolibasilosis memiliki dampak ekonomik yang penting pada industri perunggasan, karena mengakibatkan  gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, penurunan daya tetas telur dan kualitas anak ayam hasil tetas serta mendukung timbulnya penyakit yang kompleks pada saluran pernapasan, pencernaan ataupun reproduksi yang cukup sulit diberantas.
Etiologi   
            Dikenal beberapa serotipe E. coli yang telah diidentifikasi sering menyerang, antara lain adalah  [01 : K1(L)]. [02 : K2(L)] dan [078 : K80(B)]. Sebenarnya E. coli memiliki lebih dari seribu serotipe. E.coli adalah bakteri tahan asam, berbentuk batang halus, berukuran 2 – 3x 0,6 mikrometer, tidak membentuk spora dan ada beberapa galur bersifat motil. Bakteri ini bersifat anaerobik fakultatif yang ditemukan normal dan dominan di dalam usus ayam dan hanya 10 – 15% yang bersifat ganas. Kolibasilosis terjadi pada ayam yang dipelihara dalam keadaan sanitasi yang jelek. Bakteri E. coli ditemukan dengan  jumlah yang melimpah pada air dengan kualitas yang rendah.
Bakteri E. coli disebut juga koliform fekal, hal ini karena E.coli ditemukan di dalam saluran usus ternak dan manusia dan didapatkan di dalam feses, sehingga E. coli dikenal sebagai indikator kontaminasi kotoran.  

Gejala-gejala
            Gejala klinis kolibasilosis antara lain : kematian mendadak yang terjadi pada bentuk akut, tanpa menunjukkan gejala klinis. Apabila penyakit berjalan kronis, maka gejala yang terlihat yaitu kelesuan, napsu makan menurun serta munculnya gangguan pernafasan berupa ngorok pada malam hari disertai pengeluaran eksudat dari hidung. Beberapa kasus kolibasilosis terjadi pada organ reproduksi unggas sehingga agak sukar diamati. Eksudat pada kantong hawa dan radang fibrinosa pada kantong jantung dan permukaan hati. Gejala lain berupa radang pusar (omphalitis), septicaemia dan enteritis.

Cara Penularan  
Walaupun ayam dari dari berbagai kelompok umur dapat terinfeksi oleh E. coli, namun ayam muda lebih sensitif dibandingkan ayam dewasa. Penyakit banyak ditemukan pada lingkungan yang kotor dan berdebu dan pada sekelompok ayam yang mengalami immunosupressif akibat penyakit infeksius. Distribusi E. coli sangat luas, bisa ditemukan di dalam litter, kotoran ayam, debu/kotoran lain dalam kandang serta lingkungan sekitar kandang, pakan, air minum dan sumber air , seperti sumur. Debu dalam kandang ayam dapat mengandung 105 – 106 sel E. coli/gram. Bakteri akan tahan lama di dalam kandang, terutama keadaan kering. Penurunan jumlah sel akan terjadi 7 hari setelah kandang disemprot air. Bakteri E. coli juga ditemukan di feses ternak/burung liar, rodensia, manusia dan insekta.
Kebanyakan Escherichia coli hidup di lingkungan kandang unggas melalui kontaminasi feses. Permulaan kejadian patogen dari Escherichia coli mungkin terjadi di hatchery dari infeksi atau telur yang terkontaminasi, tetapi infeksi sistemik biasanya membutuhkan lingkungan predisposisi atau sebab-sebab infeksi (Aiello, 1998). Akoso (1998) menambahkan infeksi kolibasilosis terjadi melalui kontak langsung dengan lingkungan tempat tinggal ayam yang basah dan kotor, dan bukan dari ayam ke ayam. Mc Mullin (2004), menyebutkan bahwa infeksi kolibasilosis biasanya terjadi baik melalui peroral atau inhalasi, lewat membran sel/yolk/tali pusat, air, muntahan, dengan masa inkubasi 3-5 hari.

Mycoplasmosisinfectious bronchitisnewcastle disease, hemoragi enteritis, dan turkey bordetellosis seringkali menyertai kolibasilosis. Kualitas udara yang buruk dan stres yang berasal dari lingkungan juga kemungkinan untuk predisposisi infeksiEscherichia coli (Aiello, 1998). Tabbu (2000), berpendapat bahwa faktor pendukung timbulnya kolibasilosis meliputi sanitasi yang kurang optimal, sumber air minum yang tercemar bakteri, sistem perkandangan dan peralatan kandang yang kurang memadai dan adanya berbagai penyakit yang bersifat imunosupresi.
            Infeksi E. coli pada unggas umumnya dipicu oleh infeksi primer saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau Mycoplasma. Kondisi tersebut akan menjadi parah karena faktor-faktor lingkungan seperti tingginya amoniak di dalam kandang. Kolibasilosis menyebar karena unggas menghirup debu kandang  yang telah tercemar bakteri. Unggas dapat bersifat sebagai pembawa bakteri karena di dalam tinjanya selalu mengandung E. coli.
            Bakteri akan masuk ke dalam saluran pernapasan bagian bawah dan akan melekat di permukaan epitel. Perlekatan yang spesifik dari bakteri ini disebabkan karena adanya vili yang dimilikinya. Setelah melekat bakteri akan masuk ke perredaran darah dan akhirnya menimbulkan kerusakan pada kantong udara, perikardium jantung dan kapsula hati. Bakteri E. coli yang ganas dapat diisolasi terutama dari kantong udara dan perikardium jantung.
Penularan E. coli yang terjadi melalui telur tetas akan menyebabkan kematian dini yang tinggi pada anak ayam. Anak ayam yang dihasilkan dari telur yang terkontaminasi akan mengandung sejumlah besar E. coli  di dalam usus atau feses, sehingga akan berakibat terjadinya penularan yang cepat pada suatu populasi tertentu. Sumber penularan terpenting pada telur adalah feses yang mengandung E. coli yang mengkontaminasi dan menembus kerabang telur serta selaput telur. Pencemaran telur oleh E.coli bisa terjadi di ovarium maupun oviduk yang terinfeksi oleh bakteri tersebut.

Perubahan Pasca Mati
            Pada saat dibedah bangkai, maka ayam penderita kolibasilosis menunjukkan perubahan-perubahan, antara lain :   terlihat kantong hawa menebal dan terdapat eksudat kental serta terjadi semacam perkejuan. Eksudat semacam ini juga ditemukan di selaput jantung, hati dan paru-paru. Dehidrasi, pembengkakan dan kongesti pada hati, lien dan ginjal serta perdarahan bintik-bintik pada organ visceral.Usus mengalami enteritis, berisi lendir berlebihan dan area-area hemorrhagi, omphalitis juga sering terlihat, terutama pada burung muda. Perubahan pasca mati yang lain yang dapat ditemukan antara lain : peritonitis, salphingitis, synovitis, airsacculitis. 
Pencegahan
            Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah mengusahakan memperoleh telur tetas dari ayam yang bebas kolibasilosis. Menghindarkan kerabang telur  dari kontaminasi oleh feses. Sebelum disimpan telur difumigasi. Pada setiap penetasan telur usahakan cara sanitasi dan fumigasi yang baik dan ketat. Pada pemeliharaan ayam harus mentaati sanitasi. Mengusahakan pakan dan air minum supaya tidak tercemar oleh feses, jika perlu tambahkan antibiotik dalam pakan.

Pengobatan
            Beberapa antibiotik yang termasuk kelompok aminoglikosida yang biasa digunakan untuk mengatasi kolibasilosis  adalah neomisin dan gentamisin, kelompok aminosiklitol, yaitu spektinomisin dan kelompok polipeptida, misalnya kolistin/polimiksin B. Kelompok tetrasiklin, antara lain preparat tetrasiklin, termasuk oksitetrasiklin, klortetrasiklin dan doksisiklin. Kombinasi sulfonamide dan trimetoprim juga bisa diupayakan dengan berbagai perbandingan. Kelompok kuinolon yang meliputi generasi asam nalidiksik/asam oksolinat, flumekuin, enrofloksasin, ofloksasin dan norfloksasin.

Hasil penelitian Rahayu (2006) menunjukkan sensitivitas E. coli terhadap antibiotik golongan Tetrasiklin, yaitu Tetrasiklin dan Oksitetrasiklin sangat rendah. E. coli baru menunjukkan sensitivitas pada level 50 miligram Tetrasiklin dan 40 miligram Oksitetrasiklin.  

1 comment:

  1. nice blog tapi aga dirapihkan kembali ya, waktu dulu anda merequest tentang cara menambahkan reamore diblog silahkan kunjungin blog ini
    thanks
    http://flasmaweb.blogspot.com/2013/01/cara-menentukan-readmore-dengan-mudah.html

    ReplyDelete

comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...