Thursday, 14 November 2013

Tinjauan pustaka vaksin ternak unggas : kesehatan ternak


TINJAUAN PUSTAKA

A. Vaksin
Vaksin adalah suatu produk yang mengandung sejumlah oranisme (bibit penyakit tertentu yang menimbulkan kekebalan tubuh khusus terhadap penyakit tertentu. Vaksin dapat mengandung mikroorganisme yang telah mati (killed-virus) atau masih hidup (live –virus). Kemampuan live –virus untuk menumbuhkan daya tahan tubuh lebih tinggi dibandingkan killed-virus karena virus tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dalam tubuh unggas. Kekuatan killed-virus untuk merangsang produsi antibody unggas tergantung pada unit antigenic (sel-sel virus yang terkandung di dalam dosissi vaksin (Suprijatna dkk, 2005).
Vaksin ada dua macam, yaitub vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku. Vaksin aktif disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin aktif harus segera dipakai dalam jangka waktu dua jam setelah dilarutkan. Masa kadaluwarsa yang tertera dalam kemasan hanya berlaku jika vaksin disimpan pada suhu yang dianjurkan tersebut. Sedangkan vaksin inaktif harus disimpan pada suhu 8oC dan tidak boleh disimpan di freezer, karena vaksin akan rusak. Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), melalui air minum dan suntikan (Retno, dkk, 2000).
Vaksin inaktif dapat bersifat tunggal (satu penyakit), tetapi dapat juga merupakan kombinasi dari beberapa penyakit yang diberikan melalui suntikan secara intramuscular atau subkutan. Beberapa keuntungan penggunaan vaksin inaktif adalah penyimpanannya yang lebih mudah dibandingkan dengan vaksin aktif. Vaksin inaktif tidak dipengaruhi oleh antibodi asal induk sehingga dapat digunakan untuk DOC. Sedangkan kekurangan vaksin inaktif adalah biaya produksi yang mahal dan dapat menimbulkan infeksi pada vaksinator jika terkena suntikan secara tidak sengaja (Rangga, 2000).
Menurut Tizard (1982), pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan cara menginaktifkan atau melemahkan organisme (atenuasi). Cara yang sederhana dari atenuasi termasuk pemanasan organisme sampai tepat di bawah titk kematian panasnya atau memaparkan organisme pada bahan kimia penginaktif ke batas konsentrasi subletal seperti penggunaan formalin atau formaldehida. Kemampuan vaksin aktif untuk menimbulkan kekebalan tubuh lebih tinggi dibanding dengan vaksin in aktif karena virus akan berkembang biak didalam tubuh dan merangsang terbentuknya kekebalan secara cepat, sementara kekuatan vaksin in aktif merangsang terbentuknya antibodi tergantung pada tergantung pada antigenik (sel-sel virus) yang terkandung dalam dosis vaksin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada persiapan vaksinasi yaitu kondisi ayam yang akan divaksin sehat, jika terindikasi ayam sakit maka jadwal vaksinasi hendaknya ditunda dan segera menangani gejala yang timbul, setelah thawing vaksin hendaknya tidak dimasukkan ke dalam marina cooler yang suhunya 2-8oC karena bisa menurunkan potensi vaksin. Pada saat vaksinasi beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya pada vaksinasi via air minum, ayam dipuasakan air minum selama 1-2 jam (tergantung kondisi cuaca) sebelum vaksinasi, tempat minum jangan terkena sinar matahari langsung dan jauhkan dari brooder; Jika perlu vaksin diberikan 2 tahap untuk menghindari ayam yang tidak kebagian vaksin, tidak tergesa-gesa saat melakukan vaksinasi dan pastikan semua ayam telah tervaksin dengan dosis yang sama. Untuk vaksin inaktif selama vaksinasi hendaknya vaksin tetap dikocok secara periodic. Tidak boleh melakukan desinfeksi selama 24-48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi dengan vaksin aktif (selain via injeksi) (Medion, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Imam, Fatoni. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Di Peternakan Dony Farm Kabupaten Magelang. Tugas Akhir Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Info Medion. 2010. Informasi Produk. http://info.medion.co.id/index.php/lain-lain/informasi-produk.Diakses pada hari Selasa, 28 Desember 2010 jam 18.30 WIB.
Irwan, Setiawan. 2010. Pemeliharaan Ayam. http://www.central-bangkok-farm.com/2010/05/temapat-pakan-untuk-pemeliharaan-ayam.html (Diakes pada hari rabu, 29 Desember 2010 pukul 13.25 WIB).
Medion Online. 2009. Tata Laksana Vaksinasi. http://info.medion.co.id (Diakses pada hari Kamis 6 Januari 2010 jam 18.59 WIB).
Retno, D, Jahja, J, Suryani T. Ayam Sehat Ayam Produktif 2. Medion. Bandung.
Rangga, Charles. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Volume 1. Kanisius. Yogyakarta.
Setyawan, Iwan. 2010. http://www.central-bangkok-farm.com/2010/05/temapat-pakan-untuk-pemeliharaan-ayam.html. Diakes pada hari kamis, 30 Desember 2010 pukul 08.15 WIB.
Suprijatna, Edjeng., Umiyati, A., Ruhyat ,K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tizard I. 1982. Pengantar Imunologi Veteriner. M. Partodiredjo, penerjemah. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press.
Zainuddin, D. dan I.W.T. Wibawan. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal. Sumber Daya Genetic Ayam Lokal Indonesia. Dalam Keanekaragaman Sumber daya Hayati Ayam Lokal Indonesi. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.

No comments:

Post a Comment

comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...