I.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Manajemen pemeliharaan
yang baik, khususnya program kesehatan ternak menjadi hal yang paling mendasar
untuk meningkatkan produksi. Pemeriksaan kesehatan ternak itu sendiri meliputi
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan sistema.
Penyakit parasit cacing
ini sering juga terjadi pada sapi, baik itu sapi lokal maupun sapi peranakan.
Dengan adanya penyakit parasit cacing ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup
besar, hal ini dapat berupa gangguan pertumbuhan, penurunan bobot badan, daya
tahan tubuh, penurunan produksi telur bahkan sampai berhenti bereproduksi serta
terjadi peningkatan biaya pemeliharaan.
Keberhasilan usaha
peternakan sangat ditentukan oleh status kesehatan ternak yang dipelihara
program kesehatan. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya diluar tubuh
(permukaan kulit tubuh) induk semang.
Protozoa merupakan
anggota dari hewan yang sederhana. Tubuh nya walaupun komplek, tersusun dari
sel tunggal dan hampir semuanya mempunyai ukuran mikroskopis. Protozoa tersusun
dari organela – organela tetapi bukan organ, karena mereka merupakan
diferensiasi dari satu sel.
Progaram vaksinasi ND
yaitu hendaklah disesuaikan dengan situasi penyakit yang ada dilapangan,
penyediaan atau tersedianya vaksin. Vaksin yang sering digunakan oleh
peternakan adalah vaksin ND Strain La-sota. Vaksin ini bisa digunakan pada
vaksinasi awal yaitu pada anak ayam dan bisa untuk vaksinasi ulangan.
Vaksin Flu burung ada beberapa macam yaitu : VAKSIFLU AI (vaksin unggas inaktif
Avian Influenza subtipe H5 dalam emulsi minyak), OPTIMUNE AIV (vaksin Inaktif
dalam emulsi minyak berisi virus Avian Influenza subtipe H5 yang low
pathogenik), AFLUVET dan MEDIVAC.
Hasil akhir dari
pemeriksaan di laboratorium sangat dipengaruhi oleh cara penanganan dan
pengiriman contoh atau spesimen yang dilakukan oleh dokter, paramedis, petugas
lapangan, maupun peternak. Contoh yang dikirim secara cepat dan terbuka
kemungkinan akan dapat dicapai hasil pemeriksaan laboratorium yang 100% akurat.
Tujuan
Tujuan dari semua
praktikum yang telah dilalui adalah mahasiswa dapat mengetahui dan memeriksa
langsung keadaan kesehatan ternak yang terdapat di Fapet farm Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.
Manfaat
Manfaat dari praktikum
yang telah dilaksanakan adalah mahasiswa menjadi tahu faktor-faktor penyebab
timbulnya suatu penyakit yang dapat merugikan peternak dan cara mengAtasinya
lebih dini.
Waktu dan Tempat
Praktikum Pemeriksaan ternak di laksanakan pada tgl 24-mar-2009 pada hari selasa jam
02.00 wib.yang dilaksanakan di
Laboratarium Kesehatan Ternak Gedung C dan Fapet Farm Fakultas Peternakan
Universitas Jambi.
Materi
Pada praktikum Sanitasi dan Desinfektan peralatan yang digunakan adalah sikat
lembut, sabun dettol, sikat lantai, sapu lidi, sekop, air, ember. Pada
praktikum Pemeriksaan Kesehatan Ternak Secara Umum alat yang digunakan adalah
stethoscope, thermometer, satu ekor sapi, kambing jantan dan betina, domba
jantan dan betina.
Pada praktikum Endoparasit (telur cacing) alat yang digunakan feces sapi,
tabung centrifuge, centrifuge, NaCl jenuh, gula Sheater, aquades, cover glass,
object glass, dan mikroskop. Pada praktikum Ektoparasit alat yang digunakan
alcohol 70%, aquades, cotton swab, botol plastic atau botol kaca, cawan Petri,
objek glass, cover glass, mikroskop dan beberapa ektoparasit yang berhasil
dikumpulkan.
Pada praktikum protozoa alat yang digunakan adalah feces ternak, kalium
bicromat 2,5%, cawan Petri, dan alat – alat yang digunakan pada praktikum
Endoparasit. Pada praktikum vaksinasi ND alat dan bahan yang digunakan alat
suntikan yang steril, aquades, vaksin ND strain La Sota, vial vaksin dan ayam
yang akan divaksin. Vaksinasi AI alat yang digunakan alat suntik, VAKSIFLU AI
dan ayam yang akan di vaksin.
Pada praktikum Pengambilan dan Pengiriman Spesimen alat yang digunakan adalah
seekor ternak, alcohol 10 %, botol kaca.
Metode
Untuk praktikum Sanitasi dan
Desinfektan metoda yang dilakukan yaitu bersihkan kandang, lantai kandang dari
kotoran ternak yang berserakan, tempat pakan kemudian mandikan sapi dengan
sikat yang lembut dan sabun detol, lalu lakukan desinfektan dengan menggunakan
Cyperkiller dengan dosisi yang ada, desinfeksi kandang ternak dan ternak.
Pratikum Pemeriksaan Ternak Secara Umum, amati keadaan ternak yang dimulai dari
keadaan kulit dan bulu, sistem pencernaan, pernafasan, sirkulasi, sistem gerak
dan uregenital. Perhatikan tiap-tiap bagian tersebut, apakah ada kelainan yang
menunjukkan adanya penyakit. Pada Praktikum Pemeriksaan Penyakit Endoparasit
dilakukan dengan 3 metoda yaitu : metoda Natif dilakukan dengan meletakkan
feces diatas gelas objek, ditambah satu tetes air, setelah itu dicampur dan
tutup deng cover glass dan amati dibawah mikroskop. Metode Sheater dengan
melakukan timbang 1 gr feces masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan gula
sheater dan disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm, setelah itu
tambah kembali gula sheater hingga penuh, tepelkan cover glass tepat dibibir
tabung. Angkat cover glass dan letakkan diatas glass objek dan amati dibawah
mikroskop.
Metoda Apung, ambil 5 gr feces masukkan dalam tabung centrifuge, kemudian
tambah air sampai 2/3 tabung dan aduk rata biarkan 5 menit, air dan bahan yang
terapung buang lalu tambahkan dengan air lagi dan centrifuge selama 10 menit.
Cairan dibuang, lalu tambah dengan NaCl jenuh sampai 2/3 tabung, centrifuge
lagi selama 10 menit. Tabung diambil, tambahkan lagi NaCl jenuh sampai
permukaan kelihatan cembung, biarkan selama 10 menit lalu letakkan glass objek
diatas bibir tabung, cairan yang menempel diamati dibawah mikroskop.
Metoda pemeriksaan Protozoa, letakkan feces yang diambil dalam cawan petri dan
campur dengan kalium bicromat, dan sipam selama 4-7 hari pada suhu kamar, lalu
periksaa ookista pada feces dengan meggunakan metoda apung.
Metoda Praktikum Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit, kumpulkan ektoparasit
seperti lalat, caplak dan kutu kambing, sapi, domba, kerbau, rusa, kucing,
anjing dan ayam. Lalu masukkan kedalam botol plastik yang berisi alkohol 70 %
yang berbeda. Lalu amati masing – masing ektoparasit dengan mikroskop.
Metoda Praktikum Vaksinasi ND dan AI, untuk vaksinasi ND terlebih dahulu
siapkan alat suntik yang steril, lalu larutkan vaksin dengan menggunakan
larutan aquadestilata dengan dosis 0,5 – 1,0 cc/ ekor, gunakan vaksin ND Strain
La sota 50 dosis. Dan untuk 1 ekor ayam digunakan 0,5 cc / ekor maka 1 vial
vaksin 50 dosis dilarutkan dalam 25 cc aquadestilata. Suntikkan 0,5 cc / ekor
pada otot dada ayam. Sedangkan untuk vaksin AI tidak perlu dilarutkan karena
vaksin AI sudah dalam bentuk larutan, dosisi yang digunakan untuk ayam umur
lebih dari 21 hari 0,5 ml dan suntikkan dibawah kulit pada pangkal leher.
Pada praktikum Pengambilan dan Penerimaan Spesimaen metoda yang dilakukan yaitu
potong terlebih dahulu ternak yang akan diambil spesimennya, lalu ambil bagian
– bagian yang akan diuji spesimen seperti hati, ginjal, jantung, limpa, usus,
proventrikulus, otak. Masukkan kedalam botol kaca yang berisi formalin 10 %.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN TERNAK SECARA UMUM
Dari praktikum yang telah delaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Kulit dan
Bulu
|
Hasil
|
||||
Kambing jantan
|
Kambing betina
|
Domba
|
Sapi
|
||
1
|
Turgor kulit
|
Turun
|
Normal
|
Turun
|
Normal
|
Bulu
Luka
Lesi/jejas
|
Kusam/rontok
Tidak ada
Tidak ada
|
Normal
Tidak ada
Tidak ada
|
Rusak/kotor
Tidak ada
Tidak ada
|
Normal
Tidak ada
Tidak ada
|
|
2
|
Pernafasan
|
||||
a. Cara bernafas
b. Frekuensi
nafas
c. Cermin hidung
d. Eksudat
hidung
e. Batuk
|
Normal
Normal
Kering
Tidak ada
Tidak ada
|
Normal
Normal 38x/1 mnt
Kering
Tidak ada
Tidak ada
|
Normal
Normal
Basah
Tidak ada
Tidak ada
|
Normal
35x/1menit
Basah
Ada
Tidak ada
|
|
3
|
Sirkulasi
|
||||
a. Pulsus denyut jantung
b. Frekuensi
pulsus
c. Perdarahan
|
Kuat
62/menit
Ada
|
Betina
4238,3/menit
Ada
|
Kuat
66/menit
Ada
|
Kuat
77/menit
Ada
|
|
4
|
Pencernaan
|
||||
a. cara mengambil pakan
b. Cara
mengunyah pakan
c. Tonus lambung
d. Peristaltik
usus
e. Muntah
f. Cara buang kotoran
g. Frekuensi buang feces
h. Konsistensi
buang kotoran
|
Dengan bibir
Normal
Normal
Normal
Tidak
-
-
-
|
Dengan bibir
Normal
Normal
Normal
Tidak
Normal
Normal
Normal
|
Dengan bibir
Normal
Normal
Normal
Tidak
-
-
-
|
Dengan lidah
Normal
Normal
Normal
Tidak
Normal
Normal
Normal
|
|
5
|
Uregenital
|
||||
a. Cara urinisasi
b. Warna urin
c. Kekeruhan
|
Normal
Kuning
Jernih
|
Normal
Kuning
Jernih
|
-
-
-
|
Normal
Kuning
jernih
|
|
6
|
Syaraf & Gerak
|
||||
a. Reaksi Refleks
b. Cara
berjalan
|
Ada
Normal
|
Ada
Normal
|
Ada
Normal
|
Ada
Normal
|
|
7
|
Panca indera
|
||||
a. Mata
b. Refleks mendengar
c. Suhu tubuh
|
Bersinar, tidak ada leleran
Bagus
37,7°c
|
Bersinar, tidak ada leleran
Bagus
36,9°c
|
Bersinar, tidak ada leleran
Bagus
38,6°c
|
Bersinar, tidak ada leleran
Bagus
38,5°c
|
Pembahasan :
a. Sapi
Dari
hasil pemeriksaan pada sapi yang kami amati, keadaan sistema sapi tersebut dari
mulai kondisi kulit dan bulu, pernafasan, sirkulasi, cara makan, uregenitalis,
syaraf dan gerak, dan juga panca inderanya dalam keadaan normal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kadaan sistema sapi tidak ada mengalami perubahan yang
menunjukkan sapi tersebut menderita penyakit yang membahayakan.
WILLIAMSON (1993) menyatakan bahwa penyakit yang biasa diderita sapi adalah
menceret, dengan tanda-tanda mata sayu, lesu, menceret, dan kadang-kadang
peningkatan secara abnormal dari suhu dan meningkatnya pernafasan.
b. Kambing
JAMES (1992), menyatakan bahwa kambing mengambil makanannya dengan menggunakan
bibir dan kambing lebih menyukai dedaunan dari pada rumput, serta dapat
menempuh perjalanan yang jauh untuk mencari makanan kesukaannya dibandingkan
sapid an domba.
Kambing tergolong hewan pemamahbiak, serta mempunyai kebiasaan memakan
hijauan yang terdapt diatas. Untuk keadaan kulit kambing yang diamati tidak ada
mengalami kelainan ataupun cacat. AAK (1978), menyatakan bahwa penanganan yang
sembarangan atau tidak terampil dan factor lingkungan seperti penyakit kulit
dan perusakan oleh serangga banyak mengurangi nilai kulit kambing.
c. Domba
Domba yang sehat apabila dilakukan pemeriksaan sistema tidak ada mengalami
perubahan. Domba yang diamati memiliki keadaan yang normal, dan tidak ada
mengalami perubahan apapun, sesuai dengan pernyataan DEVENDRA (1980) bahwa
domba yang akan digunakan sebagai bibit atau peremajaan mempunyai beberapa hal
yang harus diperhatikan salah satunya kesehatan ternak, dan tidak terserang
penyakit.
Pembahasan :
Dari hasil yang didapat maka
caplak dan kutu merupakan parasit yang merugikan, baik itu merugikan ternak
tersebut sebagai tempat hidup kutu dan caolak, jug adapt merugikan para
peternak. Mereka harus mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi masalah ini.
CAMERON (1956), menyatakan bahwa kutu merupakan parasit permanent eksternal dan
obligat pada burung dan hewan mamalia. Kutu ini tidak meloncat ataupun terbang
melainkan berjalan cepat.
Kutu dan caplak disini merupaka phylum Arthropoda yaitu hewan yang memiliki
tubuh beruas-ruas. Sesuai dengan pernyataan ASKEW (1971) bahwa semua kutu tidak
bersayap, dia mempunyai tubuh pipih, dan antenna pendek dengan 3 sampai 5 ruas,
dan kakinya pendek. Hanya mempunyai tursus yang cakarnya digunakan untuk
bepegangan pada bulu atau rambut.
Bukan hanya kutu atau caplak yang menyebabkan penyakit ektoparasit, tetapi
lalat juga salah satu agen penyakit. Sesuai dengan pernyataan SMYTH (1976),
bahwa lalat merupakan ektoparasit penghisap darah.
VAKSINASI ND (NEWCASTLE DISEASE)
Pemberian Vaksin Newcastle Disease Pada Ternak
Pada praktikum vaksinasi ini,
kami melakukan vaksinasi Newcastle Disease pada ternak ayam yang memiliki bobot
badan sekitar 1 kg yang berumur lebih dari 21 hari. Sebagaimana kita ketahui
bahwa penyakit Newcastle Disease merupakan penyakit yang sering terdapat pada
ternak unggas. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat dicegah dengan
cara vaksinasi.
Vaksinasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah vaksinasi ND yaitu
vaksin yang dapat mencegah penyakit ND atau tetelo pada ternak unggas. Penyakit
ND atau tetelo merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada ternak
ayam, dan untuk pencegahan dari penyakit ini adalah dengan cara vaksinasi.
ANONYMOUS (1975), menyatakan bahwa penyebab dari penyakit Newcastle Disease
adalah virus Paramyxovirus. Ternak yang menderita penyakit ND tampak
lesu dan sulit bernafas, gangguan pencernaan antara lain diare berwarna
kehijau-hijauan, gangguan susunan syaraf pusat antara lain kelumpuhan dan
terticolis.
Sesuai dengan pernyataan NUGROHO (1989) bahwa penyakit Newcastle Disease
merupakan penyakit pernafasan yang akut dan mudah sekali menuar. Pencegahan
yang dilakukan untuk penyakit ini adalah vaksinasi dan sanitasi.
TAKEHARA (1987) juga menyatakan bahwa Newcastle Disease (ND) menunjukkan adanya
suatu variasi yang besar dalam bentuk dan derajat keparahan
penyakit.
Dosis vaksin yang diberikan
Pada praktikum ini kami
menggunakan dosis yaitu dosis dilarukan dalam 0,5 cc aquadestilata kemudian
vaksin ND Strain La sota 50 dosis. Sedangkan untuk dosis setiap 1 ekor ayam : 1
cc/ekor maka 1 vial dilarutkan dalam 50 cc aquadestilata.
PEMERIKSAAN PROTOZOA
1. Pada Feces
Unggas
Feces unggas yang diamati yaitu feces ayam petelur, ayam broiler, dan ayam
kampung, berikut hasilnya :
Protozoa pada Feces ayam
kampung (Eimeria tenella)
|
Klasifikasi
:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Protozoa
Class
: Sprozoasida
Ordo
: Coccidia
Family
: Eimeriidae
Genus
: Eimeria
Species
: Eimeria tenella
|
Protozoa pada feces ayam
broiler (Eimeria necatrix)
|
Klasifikasi
:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Protozoa
Class
: Sprozoasida
Ordo
: Coccidia
Family
: Eimeriidae
Genus
: Eimeria
Species
: Eimeria necatrix
|
Protozoa pada feces ayam
Petelur (Eimeria mitis)
|
Klasifikasi
:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Protozoa
Class
: Sprozoasida
Ordo
: Coccidia
Family
: Eimeriidae
Genus
: Eimeria
Species
: Eimeria mitis
|
Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa feces ayam kampong terdapat
ookista Eimeria tenella pada stadium perkembangan. Disini terlihat bahwa
bentuk dari E. tenella bulat telur, dengan dilapisi seperti selaput. NORMAN
(1955), menyatakan bahwa struktur dari ookista yang khas adalah dinding ookista
terdiri dari satu atau dua lapis dan mungkin dibatasi selaput.
Pada feses ayam broiler ditemukan ookista Eimeria necatrix pada stadium
perkembangan, SUMIATNO (1990), menyatakan bahwa E. necatrix bertahan
selama 12 hari dan dapat menyebabkan mukosa halus menjadi tebal dan akibatnya
penyakit yang disebabkan sering dinyatakan sebagai koksidiosis yang
khronis.
NUGROHO (1998), menyatakan bahwa Eimeria necatrix merupakan protozoa
yang terdapat dalam usus halus dan sekum pada ayam, dengan bentuk bulat memanjang
dan halus. Protozoa ini dapat menyebabkan penyakit yang khronis pada ternak
ayam.
VAKSINAI AVIAN INFLUENZA (AI)
Penyakit viral merupakan
penyakit yang sangat sulit dilakukan pengobatannya dan bahkan jarang sekali
dapat disembuhkan karena memang sebagian besar penyakit viral tidak ada
obatnya. Penyakit viral ini kebanyakan bersifat endemik pada suatu kawasan sehingga sulit untuk pemberantasannya. Satu-satunya jalan
terbaik untuk mengatasinya adalah dengan vaksinasi. Selain karena jalan
pengobatan penyakit viral yang mahal dan persentase atau kemungkinan ternak sembuh dari penyakit
viral ini sangat kecil, vaksinasi juga mudah dilakukan dengan biaya yang minim
namun dengan kemungkinan ternak terkena penyakit viral yang kecil.
Sehingga vaksinasi merupakan idola para peternak dalam menjaga kesehatan ternak
dan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya
penyakit di suatu kawasan peternakan. Seperti yang dikatakan Rasyaf (2004),
bahwa banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu
kawasan peternakan. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program
sanitasi, vaksinasi , dan program pengobatan dini pada umur tertentu ketika
gejala ayam sakit mulai tampak serta program lainnya yang berhubungan dengan
manajemen pemeliharaan.
Vaksin mempunyai macam-macam tipe dan strain, Redaksi Agromedia (2006),
menyatakan ada tiga tipe vaksin yang dikenal sekarang, yaitu vaksin virus hidup
(live virus vaccine), adalah virus dalam vaksin masih hidup dan memiliki
kemampuan yang lengkap untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit, vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine), adalah vaksin
yang dibuat dengan cara melemahkan organisme aktif, dan vaksin yang dimatikan (killed
vaccine), organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah
dimatikan dn tidak mempunyai kemampuan untuk emnularkan pnyakit kepada ayam.
Sedangkan strain vaksin bermacam-macam tergantung dari jenis vaksinnya.
PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
Specimen merupakan bagian /
organ tubuh ternak yang diambil untuk diuji secara laboratories untuk
mengetahui penyakit ternak yang menyebabkan kematian. Pada praktikum yang telah
kami laksanakan ini kami mencoba mengambil specimen ternak yang masih hidup
yaitu bebek betina untuk di uji pemeriksaan jaringan.
NUGROHO (1989), menyatakan bahwa untuk mengambil specimen pada ternak kita
harus perhatikan keadaan ternak tersebut. Apabila ternak masih hidup kita dapat
mengambil bagian-bagian tertentu seperti, leleran hidung atau telinga, darah,
feces, kerokan kulit.
Bagian – bagian yang diambil untuk uji jaringan yaitu hati, limpa, otak,
jantung, usus, uterus, ginjal, proventrikulus. Masing-masing dipotong dan
dimasukkan kedalam botol kaca yang berisi formalin 10 %.
SANITASI DAN DESINFEKTAN
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu dengan langkah – langkah :
membersihkan kandang, dengan membuang terlebih dahulu feces – feces yang ada
dilantai lalu menyiram dengan air. Bersihkan tempat pakan, tempat pakan
dikosongkan. Lalu mandikan sapi dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun
dettol atau sejenisnya. Pada praktikum ini saya memandikan sapi yang diberi
nama Bobo, siputih.
Setelah itu gembalakan sapi tersebut agar dia dapat makan dan berinteraksi
dengan udara bebas. Selagi sapi digembalakan maka kita dapat membersihkan
peralatan, tempat pakan, lantai kandang.
Setelah semua bersih masukkan sapi, dan
lakukan proses desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada
kandang, peralatan dan bahkan pada tubuh ternak. Disini kami menggunakan
desinfektan cyperkiller, yang dapat digunakan untuk membunuh nyamuk, lalat,
caplak, kutu dan ektoparasit
lainnya.
SUDONO (1969), menyatakan bahwa sinar matahari pagi yang masuk kedalam kandang
sangat penting, karena sinar pagi tak begitu panas dan lebih banyak mengandung
sinar ultraviolet yang dapat berfungsi sebagai desinfektan dan membantu
pembentukan kulit.
IV.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paraktikum yang telah
dilakukan selama ini maka didapatkan kesimpulan bahwa setiap pemeliharaan
ternak manajemen dan program pemeliharaan harus diperhatikan demi kesehatan
ternak yang kita pelihara. Apabila pemeliharaan dan lingkungan ternak tidak
diperhatikan maka besar kemungkinan penyakit akan sering muncul sehingga usaha
peternakan mendapat kerugian yang besar.
Saran
Peralatan yang digunakan pada praktikum harus lebih diperhatikan agar tidak ada
lagi yang mengalami kerusakan sehingga kegiatan praktikum ini dapat berjalan
dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1980. Kawan Beternak II.. Jakarta Press. Jakarta.
Anonymous. 1975. Penataran Ilmu Penyakit Unggas. Panitia
Penyelengara Penataran Ilmu Penyakit Unggas. Yogyakarta.
Akoso, B. T. Manual
Keshatan Ternak. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Becker, E. R. 1927. Protozoa pada Rumen dan Retikulum Kambing. M.S.
Thesis, Univ. Urbana.
Darmono. 1992. Tata Laksana
Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.
Devendra, C. 1980. Produksi Kambing Didaerah Tropis. ITB. Bandung.
Glenn, R. N. 1989.
Parasitologi. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Horak. 1971. Avertebrate. Eka
Offset. Semarang.
Hirschmann, H. 1960.
Reproduksi Arthropoda. Universitas N. Car. Press. Washington.
Nugroho, E. 1989. Penyakit
Ayam Di Indonesia. Ekka Offset. Semarang.
Rangga, C.T. 1996. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius.
Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment