Monday, 16 September 2013

Makalah papper kepemimpinan





Tugas Individu

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Kepemimpinan



KEPEMIMPINAN




 







Oleh :
Avian Trenggono
D0A012069




MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2012
 



KATA PENGANTAR




 





Assalammu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini guna memenuhi syarat tugas terstruktur mata kuliah kepemimpinan program studi Produksi Ternak Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan koreksi, saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan paper ini. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak Muhammad Nuskhi yang telah memberikan arahan dan dorongan, sehingga dapat terselesaikannya tugas paper ini, serta dengan adanya beberapa sumber dari buku-buku dan website yang sangat membantu dalam  mendukung  referensi saya untuk menyelesaikan tugas paper ini. Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan. khususnya penulis, Sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.
Wassalammu’alaikum wr.wb.




Purwokerto, 10 Desember 2012





                                                                                                   Penulis 




DAFTAR ISI


Halaman
Kata Pengantar ..............................................................................................    i
Daftar Isi.........................................................................................................    ii
I.         PENDAHULUAN ..................................................................................    1   
A.    Latar Belakang....................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah ...............................................................................    1
C.     Tujuan .................................................................................................    2
D.    Manfaat...............................................................................................   2
E.     Ruang Lingkup ...................................................................................    2
II.      PEMBAHASAN......................................................................................    3
A.    Pengertian Kepemimpinan ..................................................................    3
B.     Studi Kasus Kepemimpinan Rasulullah Saat Hijrah ..........................    6
C.     Kepemimpinan Merupakan Suatu Amanah ........................................   14
D.    Hakekat Amanah ................................................................................   16
E.     Konsep Kepemimpinan Islam .............................................................   17
III.   PENUTUP...............................................................................................   27
A.    Kesimpulan .........................................................................................   27
B.     Saran ...................................................................................................   27
Daftar Pustaka ...............................................................................................   28






I.      PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

            Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dalam menjalani kehidupan sosialnya, dalam hal ini manusia akan berinteraksi satu-sama lain untuk menjalani kehidupan dan melakukan berbagai macam kegiatan sebagai bentuk proses interaksi.
Di dalam suatu interaksi tersebut manusia perlu mengerti dan memahami tentang apa itu kepemimpinan, hal ini disebabkan karna diantara interaksi itu haruslah terdapat seseorang, sekelompok, dan seterusnya, yang bisa mengarahkan interaksi dengan baik yang bisa dilakukan bersama. Karena, jika tidak maka tentu akan terjadi kekacauan dan kondisi yang tidak terkendali.
Dengan demikian dalam mencapai arahan yang baik, tugas seorang yang memimpin dalam suatu sistem kepemimpinan haruslah dapat memenuhi semua aspek-aspek yang di butuhkan oleh yang di pimpin. Berbicara tentang memimpin bukan hanya sekedar pemimpin dan yang di pimpin tetapi memimpin adalah suatu seni yang relevan dalam membaca situasi dan kondisi yang ada di sekelilingnya, serta dapat memposisikan dirinya dalam suatu kelompok atau organisasi untuk mengatur dan mengarahkan anggotanya agar tercapainya tujuan bersama.


B.       RUMUSAN MASALAH

1.         Pengertian kepemimpinan
2.         Macam-macam gaya kepemimpinan
3.         Kepemimpinan merupakan suatu amanah
4.         Konsep kepemimpinan dalam islam


C.    TUJUAN

1.         Mengetahui pengertian kepemimpinan
2.         Mengetahui pengertian macam-macam gaya kepempinan
3.         Mengetahui hakekat amanah
4.         Mempelajari konsep kepemimpinan dalam islam

D.      MANFAAT

1.         Sebagai hasil tugas yang di berikan oleh Bapak Muhammad Nuskhi sebagai dosen mata kuliah Kepemimpinan program studi D-III Produksi Ternak.

2.         Sebagai bahan referensi untuk pembelajaran bagi masyarakat umum, atau mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan tentang kepemimpinan.

3.         Sebagai acuan pembelajaran materi pengertian dan pemahaman kepemimpinan yang baik dan benar.

E.       RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam pembahasan masalah pada paper ini adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah seputar kepemimpinan ditinjau dari pengertian kepemimpinan, gaya kepemimpinan, hakekat amanah dan konsep kepemimpinan dalam islam.



II.  PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain sehingga yang dipengaruhi mau mengikuti arahan sang pemimpin (Nuskhi, 2012). Untuk melakukan kerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian pemimpin tersebut ada apabila terdapat satu kelompok atau satu organisasi (Kartini Kartono, 1998).
1.    Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli

Menurut james A F Stoner, Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas.
Menurut Henry Mintzberg, para pemimpin adalah sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Peran hubungan antara perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pengaruh tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara. Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.
Menurut Stephen R. Covey (1997), Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan - alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana - rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama sama.
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003), Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003), Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
2.    Gaya Kepemimpinan
Sebagai yang di definisikan sebelumnya, gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang anda gunakan waktu anda mencoba mempengaruhi  perilaku orang lain seperti yang di lihat oleh orang lain. Karena perilaku dasar yang  di tanggapi bawahan (pengikut). Berikut adalah empat gaya kepemimpinan (Machfudin Budiono, 2000).
2.1. Telling / Instruksi
Perintah atau arahan (untuk melakukan suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu tugas), gaya ini di cirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikut dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan di mana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin ( tingkat kematangan rendah ).

2.2.  Selling ( ide dari pemimpin, tugas di-floarkan )
Dalam menggunakan gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir semua keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan peningkatan banyakanya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan serta ide-ide dan saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, kontrol atas pengambilan keputusan tetap pada  pemimpin (tingkat kematangan rendah‑sedang).

2.3.   Participating
Semua berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, mengambil keputusan di pegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin  adalah secara aktif mendengar dan tanggung jawab pemecahan masalah dann pengambilan keputusan sebagian besar berada kpada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas (tingkat kematangan sedang‑tinggi).

2.4.  Delegating ( di Delegasikan kepada se-tiap Unit )
Karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan hingga tercapai kesepakatan mengenai definisi yang kemudian proses pengambilan keputusan di delegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara melaksanakan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanankan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam mengarahkan perilaku mereka sendiri (tingkat kematangan tinggi).


B.   Studi Kasus Kepemimpinan Rasulullah SAW 
Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang benar-benar menjadi idaman setiap manusia, utusan Allah yang sempurna dan seimbang, yang cita-cita dan tindakannya merupakan perwujudan sifat-sifat Allah yang luhur, Sebagai utusan yang terakhir dan terbesar. kedatangan Muhammad telah diramalkan dan diberitahukan oleh para rasul sebelumnya, yakni tentang siapa kelak yang akan menerima wahyu terakhir dan yang tersempurna.
Berbicara tentang Nabi Muhammad saw tidak bisa dilepaskan dari tugas utama beliau sebagai seorang rasul penyampai risalah Tuhan dan tugasnya sebagai pemimpin panutan umat dengan memberikan pendidikan dan pengajaran tentang nilai-nilai Islam, sebagai bentuk dakwahnya.

1.        Nabi SAW (53 tahun) Ahli Aqidah

Dalam suatu telaah terhadap seratus tokoh berpengaruh di dunia, Muhammad SAW diakui sebagai seorang tokoh yang paling berpengaruh dan menduduki rangking pertama. Ketinggian itu dilihat dari berbagai perspektif, misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau dalam menyebarkan ajaran Islam pada waktu yang relatif singkat. Kesuksesan beliau dalam berbagai bidang merupakan dimensi lain kemampuan sebagai leader dan manajer yang menambah keyakinan akan kebenaran Rasul. Dikatakan leader karena beliau selalu tampil di muka, menampilkan keteladanan, dan kharisma sehingga mampu mengarahkan, membimbing dan menjadi panutan. Dikatakan manajer karena beliau pandai mengatur pekerjaan atau bekerja sama dengan baik, melakukan perencanaan, memimpin dan mengendalikannya untuk mencapai sasaran.
Umat Islam memandang Muhammad saw bukan hanya sebagai pembawa agama terakhir (Rasul) – yang sering disebut orang sebagai pemimpin spiritual, tetapi sebagai pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah yang bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia. Peran yang sangat komplek ini telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw., sehingga menjadi dasar bagi umatnya sampai akhir zaman. Hal ini menunjukkan bahwa peran Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin umat sangat besar pengaruhnya. Perwujudan kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang baik kepada umat dengan keteladanan yang baik (uswatun hasanah).
Pada dasarnya Islam memandang bahwa setiap manusia merupakan pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin yang beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu Allah SWT. memfirmankan agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan sabda dan perilakunya, maupun diamnya beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa’:64:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوا أَنفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا ﴿٦٤﴾

“Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasul-pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang”. (Q.S. An-Nisa:64).

Firman Allah di atas dengan jelas memerintahkan agar setiap umat Islam mematuhi dan taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Allah SWT juga menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus oleh-Nya kedunia ini dari dahulu sampai kepada Nabi Muhammad saw wajib ditaati dengan izin (perintah) Allah karena tugas risalah mereka adalah sama yaitu untuk menujukan umat manusia kejalan yang benar dan kebahgiaan hidup didunia dan akhirat (Annemary Schimmel,1991).
Diterangkan pula dalam sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad senantiasa menganjurkan setiap orang untuk mentaati pemimpinya, selama mereka tidak menyuruh berbuat maksiat dan kemungkaran terhadap Allah.
“Dari Abi Hurairah dari rasulullah sesungguhnya telah berkata : dia yang taat kepadaku berarti mentaati Allah dan dia yang tidak patuh padaku berarti tidak mentaati Allah. Dan dia yang mentaati Amir berarti mentaati Aku, dan yang tidak mentaati Amir berarti tidak mematuhi aku” (HR. Muslim).
Baik dari surat An-Nisa’ ayat 64 maupun hadits diatas menerangkan bahwa kita diperintahkan untuk taat kepada pemimpin yang harus disandarkan pada izin Allah, ini berarti setiap ketaatan orang pada pemimpinya, rakyat pada pemerintah dan anak pada orang tua semata-mata karena izin Allah.
Selanjutnya di bawah ini akan diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat dan harus diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw, yaitu:

1.1.             Kepribadian yang Tangguh
Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang sangat kuat baik pada masa kecilnya, dewasanya bahkan sampai wafatnya menunjukkan sikap yang sangat kuat teguh pendirian (istiqamah). Sejak pertamanya beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliahannya, menyembah berhala dan patung. Kepribadian itulah yang menjadi dasar atau landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang kokoh dan kuat.
1.2.             Kepribadian dan Akhlak Terpuji.
 Kepribadian yang terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad disebut sifat wajib Rasul meliputi shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Namun Rasul sebagai manusia pasti memiliki sifat jaiz, yakni sifat-sifat kemanusiaan yang tidak menurunkan derajat atau martabat beliau sebagai utusan Allah. Dalam sifat jaiz ini Rasul tidak dapat menghindar dari ujian dan cobaan Allah SWT. seperti rasa sedih, sabar, dan tabah.
Sifat wajib dan sifat jaiz yang dimiliki Rasul tanpa memiliki sifat mustahil, sangat menunjang pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Dalam segala hal, akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Qur'an, dengan mengambil keteladanan dari kehidupan Nabi saw berkaitan dengan pendidikan akhlak Nabi, beliau sendiri menegaskan dalam salah satu hadits yang sudah dikenal luas dikalangan pengikutnya :
“Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.” (H.R. Ahmad).
Dari poin di atas dapat dipahami bahwa inti dari kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman dan pengembangan sistem akidah, ubudiyah dan muamalah yang berorientasi pada akhlakul karimah.
1.3.         Kepribadian yang Sederhana.
Beliau memperlakukan orang dengan penuh kesopanan dalam semua kesempatan. Setelah memperoleh kemenangan beliau lebih sederhana, peramah dan pemurah hati, bahkan memberikan maaf dan pengampunan pada musuh-musuhnya.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. berjalan di atas nilai-nilai Islam yang berhasil menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan dan semangat juang untuk membela kebenaran dan mempertahankan hak selain beroleh bantuan Allah SWT.

         Ada beberapa kunci yang dapat diteladani oleh umatnya, yaitu:

a.    Akhlak Nabi yang terpuji tanpa cela.
b.    Karakter Nabi yang tahan uji, tangguh, ulet, sederhana, dan semangat baja.
c.    Sistem dakwah yang menggunakan metode imbauan yang diwarnai dengan hikmah kebijaksanaan.
d.   Tujuan perjuangan Nabi yang jelas menuju ke arah menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan dan kemuliaan duniawi.
e.    Prinsip persamaan.
f.     Prinsip kebersamaan.
g.    Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.
h.    Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta pendelegasian wewenang.
i.      Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.


Keberhasilan Nabi Muhammad saw. dalam memimpin umat dikarenakan tingkah laku beliau yang selalu berdasarkan Al-Quran dan ditunjang beberapa sifat yang melekat padanya. Adapun sifat utama yang melekat pada diri pribadinya yaitu:
1.  Kehormatan kelahirannya.
2.  Bentuk dan potongan tubuh yang sempurna.
3.  Perkataan yang fasih dan lancar.
4.  Kecerdasan akal yang sempurna.
5.  Ketabahan dan keberanian.
6.  Tidak terpengaruh oleh duniawi.
7.  Hormat dan respek terhadap dirinya.

Nabi Muhammad dalam menjalankan kepemimpinan menerapkan pola-pola kepemimpinan yang sangat dianjurkan oleh Islam. Pola-pola kepemimpinan yang dimaksud adalah :
“Dalam menjalankan misi dakwah, Nabi Muhammad selalu mengedepankan kebijakan-kebijakan untuk dapat menjadikan teladan yang baik. Beliau sering melakukan silaturrhami dengan para sahabatnya, bukan hanya dalam sabda-sabdanya tetapi juga dalam perilaku kesahariannya”
( M. Abdurrahman ).
“Muhammad saw telah memberikan pengaruh yang luar biasa pada kehidupan para pengikutnya. Kemampuan dan gaya mengatur dan memimpin para pengikutnya sungguh luar biasa. Para pengikutnya sangat mempercayainya, sebagai pemimpin yang selalu menjadi pembimbing dalam berbagai masalah”,
( Abdul Wahid Khan, 2002 ).
Pola kepemimpinan Nabi Muhammad saw. yang telah dipraktikkannya, yakni sikap Nabi yang selalu toleran terhadap siapapun. Di mana di dalamnya terdapat proses interaksi antara Nabi Muhammad saw. dengan umatnya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat An-Nahl ayat 125, yaitu:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [١٦:١٢٥]
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
( Q.S.An-Nahl: 125 ).                                                                                            

Ayat ini menggambarkan bahwa para pemimpin harus senantiasa mengedepankan suasana dialogis dengan bersedia bertukar pikiran melalui cara yang baik dengan orang-orang yang di pimpinnya, seperti halnya gaya kepemimpinan participating ( Machfudin Budiono, 2000). Sikap seperti ini sering Nabi Muhammad SAW lakukan dalam kepemimpinannya. Suasana dialogis tersebut tumbuh dalam sebuah kepemimpinan yang demokratis dengan ciri berusaha menyikronkan antara kepentingan dan tujuan, terbuka terhadap kritik, mau menerima saran dan pendapat orang lain. Sikap-sikap seperti itulah yang dilakukan nabi Muhammad SAW. Nabi  Muhammad  menerima kritikan terhadap dirinya  dengan lapang dada walaupun kritik itu tidak benar.

2.       Abu Bakar (51 tahun) Ahli Ekonomi

Abu Bakar As Sidiq, salah satu khalifah terbaik sepanjang sejarah. Sepeninggal Rasulullah SAW ia pun diangkat menjadi Khalifah. Di hadapan rakyatnya ia mengucapkan sebuah pidato yang merupakan pernyataan pertama setelah ia memangku jabatan sebagai Khalifah. Setelah mengucapkan puji syukur kepadaAllah Abu Bakr radiallahu ‘anhu berkata:
“Saudara-saudara, saya sudah terpilih untuk memmpin kamu sekalian, saya bukanlah orang yang terbaik di antara kamu sekalian. Kalau saya berlaku baik, bantulah saya, kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan dusta adalah pengkhianatan, otang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di mata saya, sesudah haknya saya berikan kepadanya, inya Allah, dan orang yang kuat buat saya adalah lemah sesudah haknya nanti saua ambil, insya Allah apabila ada golongan yang meninghalkan perjuangan di jalan allah. Maka allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Apabila kejahatan itu sudah meluas pada suatu golongan, maka allah akan menyebarkan bencana kepada mereka, taatlah saya selama saya taat kepada ( perintah) allah dan rasul-Nya. Tetapi apa bila saya melanggar (perintah ) allah dan Rasulullah maka gugurlah kesetiaanmu kepada saya. Laksanakanlah salatt kamu allah akan merahmati kamu sekalian”.
              Ungkapan Abu Bakar As Sidiq diatas sesungguhnya mencerminkan sebuah ketulusan, keikhlasan, dan rasa tanggung jawab, serta sebuah kesadaran bahwa ia sebagai pemimpin tidak akan berarti apa – apa jika tanpa dukungan orang sekitarnya, posisi yang ia capai adalah wujud kepercayaan padanya. Abu Bakar As Sidiq dengan keberanian dan keteguhan hatinya-pun mempersilakan rakyatnya mengkritisinya, bahkan meninggalkannya jika ia (sebagai pemimpin) keluar dari jalan kebenaran.
Pidato Abu Bakar tersebut mengajarkan pada kita bahwa seorang yang berkuasa harus selalu siap untuk dikritik, mendengarkan keluhan rakyatnya, bukan rakyat yang selalu harus mendengarkan curhatan hatinya,kegalauannya,dan kecemasannya. Lihatlah mereka yang hanya bisa beristirahat di bawah kolong jembatan,lihatlah mereka yang bergelut dengan sampah, lihatlah mereka yang terbujur kaku karena kelaparan, lihatlah…lihatlah…Semua mereka sesungguhnya sangat terancam, namun mereka tiada mengeluh karena bisa jadi mereka sudah tahu tidak akan didengarkan. Abu Bakar As Sidiq adalah seorang khalifah yang luar biasa kepekaannya.Tiada berlebihan mencoba mentransfer nilai kepemimpinan beliau.

3.       Abdullah bin Abu Bakar (25 tahun) Ahli Strategi

Setelah Utsman ra. syahid,  Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau ra. menolak, namun akhirnya beliau ra. menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: Sementara orang banyak datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau (‘Utsman ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (‘Ali ra.)". ‘Ali ra. berkata kepada mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab: "Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah ‘Ali ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya.”
Beberapa Keutamaan Ali Ra.
1.    Ali ra. adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Sebagian riwayat mengatakan bahwa saat masuk Islam, beliau ra. baru berumur 10 tahun.  Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad bahwa Al-Hassan bin Zaid bin Al-Hassan berkata:
Ali tidak pernah menyembah berhala sama sekali karena dia memang masih kecil. Saat hijrah RasuluLlah saw, ’Ali ra. dengan penuh keberanian, tidur di atas tempat tidur RasuluLlah saw., sehingga para pengepung mengira RasuluLlah saw. masih di dalam rumah, sedang beliau saw. telah meninggalkan rumah tsb.

2.    Ali adalah salah satu dari 3 orang sahabat ra. yang melakukan
perang tanding satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar. Ali ra. berkata: ‘Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy) maju diikuti putra (Al-Walid) dan saudaranya (Syaibah). Ia berseru: ‘Siapa mau bertarung?’ Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya: Siapa kamu?’ Maka mereka mengabarinya. ‘Utbah berkata: ‘Kami tidak membutuhkan kamu, tetapi kami inginkan putera-putera paman kami.’ Kemudian RasuluLlah saw, bersabda: ” Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai ’Ali! Majulah hai Ubaidah bin Harits!” Kemudian Hamzah ra. menghadapi ’Utbah (dan berhasil membunuhnya) dan aku menghadapi Syaibah (dan membunuhnya). ’Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang, masing-masing saling melukai lawannya, kemudian kami menyerang  Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa Ubaidah.(HR. Abu Daud).


C.      KEPEMIMPINAN MERUPAKAN SUATU AMANAH

Hidup adalah amanah. Semua apa yang ada di hadapan kita adalah amanah. Keluarga, masyarakat, jabatan, harta, pekerjaan, dan bahkan diri kita adalah amanah dan titipan dari Allah swt. yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Apabila amanah yang diembankan kepada kita belum terealisasi atau belum ditunaikan maka pemberi amanah akan menuntut kita di dunia dan di akhirat, sementara orang yang mempunyai hak pun akan menuntut walaupun itu adalah isteri/suami atau anak kita.
Disinilah pentingnya seorang pemimpin memegang teguh asas profesionalitas. Profesionalitas diukur dari tingkat kemampuan menggunakan manajemen strategis dan manajemen operasional dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diemban dengan cerdas, cermat, terukur dan produktif.  Seorang pemimpin tidak boleh ”asal-asalan” dalam melaksanakan tugas dan kewajiban kepemimpinannya. Ia harus benar-benar ahli. Kalau tidak, sebaiknya ia mengundurkan diri sebagai seorang pemimpin. Kalau diteruskan, ia akan terjebak pada anasir kontraproduktif yang justru akan merugikan dirinya dan pihak lain yang dipimpinnya. Pemimpin yang tidak profesional bisa dikategorikan sebagai pemimpin yang menyia-nyiakan amanah Allah.
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan, maka nantikanlah tibanya hari kiamat.’ Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah?’ Beliau menjawab, ‘Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat”. (HR. Bukhari)
Sebagai amanah, kepemimpinan itu adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya terpilih. Kepemimpinan bukanlah semata hasil ”permintaan” seorang hamba kepada Allah. Karena itu, seorang pemimpin yang amanah, ia pasti akan memanfaatkan amanah kepemimpinannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, selain mendekatkan masyarakat yang dipimpinnya. Orientasi kepemimpinannya semata ”hanya untuk ibadah” kepada Allah dan meraih cinta-Nya. Dan, sama sekali tidak bertendensi pada usaha meraih kekayaan duniawi.
Selain amanah Allah, kepemimpinan adalah amanah masyarakat. Ketika masyarakat mempercayai kita sebagai seorang pemimpin misalnya, itu artinya mereka meyakini bahwa kita dinilai mampu menjalankan amanah kepemimpinan. Dan, di pundak kita, mereka menaruh harapan besar untuk mampu membawa mereka kepada kesejahteraan hidup dan kehidupan.
Pemimpin yang tidak amanah tidak lebih sebagai serigala yang siap ”memangsa” setiap orang yang ada di sekitarnya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya disebabkan ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi.” (HR Tirmidzi)
Karena itu, jangan sekali-kali kita meminta kepemimpinan itu kepada masyarakat. Apalagi sampai membelinya dengan ”uang”. Kepemimpinan yang diminta sesungguhnya jauh dari pertolongan Allah. Rasulullah saw. pernah menasihati Abdurrahman bin Samurah r.a. tentang hal itu, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).“(HR Bukhari)
Seorang pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinan adalah amanah Allah dan masyarakat, sudah bisa dipastikan ia maksimal dalam menunaikan amanah itu. Pemimpin tersebut tidak akan pernah menyelewengkan kepemimpinannya dari koridor yang ditetapkan Allah dan yang ditetapkan manusia melalui sebuah undang-undang, dan sebagainya. Ia akan maksimal memberikan pelayanan kepada Allah dan masyarakat yang dipimpinnya.

D.    HAKEKAT AMANAH

Amanah secara etimologis (pendekatan kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan. Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Menurut Musthafa Al-Maraghi “Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan. Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya, agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan”. Dengan memperhatikan pendapat Ahmad Musthafa Al-Maraghi tersebut, ini berarti seorang pemimpin yang amanah akan berlaku adil dan terhindar dari kejelekan dan dosa.
“Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya” (Q.S. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan berinteraksi sosial. Sifat dan sikap amanah harus menjadi kepribadian atau sikap mental setiap individu dalam komunitas masyarakat agar tercipta harmonisasi hubungan dalam setiap gerak langkah kehidupan. Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan terjalin sikap saling percaya, positif thinking, jujur dan transparan dalam seluruh aktifitas kehidupan yang pada akhirnya akan terbentuk sistem kepemimpinan dalam masyarakat yang ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.

Amanah merupakan salah satu karakteristik dari seorang mukmin, sebagaimana diterangkan dalam QS. Al-Mu’minun (23) : 8. yang berbunnyi sbb:
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ ﴿٨﴾
Artinya :Orang yang amanah artinya mau menerima tugas dan mau melaksanakannya”.

Tetapi kebanyakan manusia sering berlaku dholim dan bodoh, yaitu mau menerima tugas tetapi tidak mau melaksanakannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab (33) : 72 :

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا ﴿٧٢﴾
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dholim dan bodoh”.

E.     KONSEP KEPEMIMPINAN ISLAM
Dalam Konsep kepemimpinan islam terdapat dalil QS Al Mukminun [23] : 1-11 yang bebrbunyi sebagai berikut :



قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾ وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ ﴿٤﴾ وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ﴿٥﴾ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ﴿٦﴾ فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذَ‌ٰلِكَ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ﴿٧﴾ وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ ﴿٨﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٩﴾ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ ﴿١٠﴾ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿١١﴾

Di dalam konsep Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama'ah, pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan pola dan gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan umatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan umat dengan iringan ridho Allah (Qs. 2 : 207).
Dalam bangunan masyarakat Islami, pemimpin berada pada posisi yang menentukan terhadap perjalanan umatnya. Apabila sebuah jama'ah memiliki seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. Dan sebaliknya, manakala suatu jama'ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai tanggung jawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah akan mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran (Qs. 17 : 16).
Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (Qs. 34 : 15), yaitu masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya kepemimpinan atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok.
Hadits Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin terhadap keluarganya di rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu. Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia kan diminta pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah pemimpin dan semua akan diminta pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya (Muhammad Fuad Abdul Baqi, 1993).

Disamping itu terdapat beberapa point yang merujuk pada konsep kepemimpinan islam diantaranya :
1.       Hubungannya Dekat dengan Allah SWT
Untuk memperkokoh jiwa seorang pemimpin dia selalu dekat dengan allah SWT, dengan demikian jika terdapat masalah atau hal yang tidak bisa diselesaikan sendiri dia langsung meminta pertolongan kepada allah, selain itu dia tahu tujuan hidupnya yaitu untuk mengabdi dan beribadah kepada allah, sebagai manusia yang diciptakan kebumi seorang pemimpin tersebut sadar bahwa dia adalah seorang khalifah dimuka bumi ini oleh sebab itu pertanggung jawabannya akan di minta di akhirat nanti (Hadari Nawawi. 1993).
Adapun hal-hal yang kaitan dengan allah, yaitu:
1.1.        Tujuan Hidup Manusia
Tujuan hidup manusia hidup di bumi yaitu untuk beribadah kepada Allah atau bekerja untuk Allah dengan sungguh-sungguh, sebagaimana ayat QS 51:56
وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالْإِنسَإِلَّالِيَعْبُدُونِ

Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Allah adalah raja di raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai hamba-hamba atau pekerja-pekerja (karyawan) Allah, maka manusia seharusnya patuh dan taat mengikuti semua peraturan-peraturan Allah bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berkerja di dunia ini. Semua peraturan-peraturan Allah itu tertulis dalam kitab-kitab sucinya; Taurat, injil dan AL Quran. Al Quran adalah buku pedoman hidup manusia yang terakir, dan sempurna.
Oleh karena itu sebagai seorang yang memiliki tujuan hidup untuk beribadah kepada allah akan selalu terhindar dari sikap-sikap tercela serta maksiat.


Ciri-ciri orang yang dekat dengan allah yaitu sebagai berikut :

-          Orang yang dekat dengan Tuhan adalah orang yang senantiasa membersihkan jiwanya (tazkiatun nufus) sebagaimana orang-orang shaleh dahulu. Dia akan senantiasa ingat akan amanah yang ada padanya yakni sebagai wakil dari rakyat yang harus melayani rakyatnya bukan minta dilayani oleh rakyat.
-          Orang yang dekat dengan Tuhan akan selalu merasa di awasi oleh Allah Yang Maha Melihat sehingga akan terhindar dari melakukan perbuatan maksiat. Seorang pemimpin yang dekat dengan allah akan memikirkan kepentingan umum bukan pribadi ataupun golongan.
-          Seorang pemimpin yang dekat dengan allah akan mampu menggunakan fasilitas yang ia punya sebagai sarana untuk mensejahterakan rakyat bukan kesejahteraan pribadi ataupun kelompoknya.

1.1.1.      Abdullah
Abdullah atau hamba allah dimana manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.

1.1.2.       Khalifah
Kekhalifahan  mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan. wakil, pengganti dan penguasa (Kamaruzzaman, 2001). Khalifah juga bisa berarti seseorang yang diberi wewenang untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan ketentuan-ketentuan orang memberi wewenang (Taufiq Rahman).
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi.

2.    Efisien
Seorang pemimpin harus bisa melakukan atau menempatkan sesuatu kepada tempatnya, serta cepat dan tepat dalam mengambil keputusan untuk jangka kedepannya, menurut James K. Van Fleet (1973) dalam mengaplikasikan hal tersebut dibawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria efisien :
1.    Waktu
Seorang pemimpin dapat mengefisienkan waktu dengan baik sehingga semua kegiatan dapat tercapai dengan lancar, seperti dalam hal berdakwah seorang yang sedang memberikan ilmu terhadap pendengarnya dapat melihat situasi dan kondisi sehingga ilmu tersebut dapat disampaikan dengan baik dan tidak menghabiskan waktu yang begitu lama.

2.      Membaca
Dengan banyak membaca seseorang dapat menambah wawasan dan ilmunya selain didapatkan dari sekolah ataupun organisasi yang lain, seorang pemimpin yang suka membaca secara otomatis ilmunya dapat bertambah hal tersebut dapat memberikan wawasan untuk menghadapi suatu masalah-masalah yang dihadapinya.

3.    Suka Membantu
Seorang pemimpin yang baik adalah mempunya jiwa suka membantu yang kesusahan dimana jika ada bawahan ataupun yang lainnya terdapat kesulitan dia langsung membantunya dengan tulus dan tanpa ada rasa pamrih.

4.    Bergaul dengan Baik
Pemimpin yang baik dan dapat berinteraksi/bergaul dengan baik dapat mempengaruhi proses kepemimpinannya sehingga dapat berjalan dengan lancar, dengan adanya interaksi / pergaulan dengan yang dipimpin ataupun dengan masyarakat hal tersebut dapat menjadikan orang lain percaya dengan kepemimpinannya.

3.    Penolong
Sebagai pemimpin haruslah mempunyai sifat penolong terhadap sesama, sebagaimana perintah Allah untuk tolong menolong  sesama manusia dalam hal kebaikan dan ketaqwaan  tercancum dalam (Q.S. Alamaidah ayat 2) :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن  َدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢﴾

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian alloh, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan bulan haram, jangan mengganggu hadyu (hewan-hewan qurban) dan qalaid (hewan-hewan qurban yang diberi tanda), dan jangan(pula) menganggu orang-orng yang mengunjungi baitul haram; mereka mencari karunia dan keridoan tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangang sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertqwalah kepada alloh, sungguh, Alloh sangat besar siksa.Nya”. { Q.S. Alamaidah ayat 2 }

وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
Artinya :
(1) Demi Masa
(2) Bahwa semua manusia berada dalam kerugian karena banyak dikuasai oleh hawa nafsunya.
(3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling memasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

4.    Bagus Moralnya
Sebagai seorang pemimpin harus mempunyai moral yang bagus dan terpelihara dimana seorang pemimpin dapat mengatur gaya hidupnya secara baik dan benar sebagaimana nilai moral yang terdapat didalam islam sangat baik untuk di miliki oleh sang pemimpin diantaranya :

1.        Tauhid ( Nilai Kebebasan )
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

2.        Nikah ( Nilai Keluarga )
Secara Bahasa Nikah berasal dari kata نَكَحَ – يَنْكِحُ – نِكَاحًا yang berarti الدَحْم (mengawini) atau الخَجأ (menggauli).  Hal ini sesuai dengan firman Allah -subhaanahu wa ta’ala-,
الزاني لا ينكح إلا زانية أَو مشركة والزانية لا ينكحها إِلا زانٍ أَو مشرك
Artinya : “Laki-laki yang berzina tidak menikah melainkan dengan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik...”.
3.        Hayati ( Nilai Kemanusiaan )
Dalam kehidupan manusia sesorang tidak hidup sendirian melainkan membutuhkan orang lain untuk bisa melangsungkan hidupnya, sebagai seorang pemimpin haruslah mempunyai nilai kemanusiaan yang besar karna jika seorang pemimpin tidak memiliki nya maka dalam suatu aspek kehidupan ataupun organisasi tidak akan selaras, apabila ada suatu kejadian ataupun musibah seorang / pemimpin yang mempunyai sifat hayati akan merasakan sakit apabila ada yang terkena musibah maka dia akan bergegas untuk membantu dan simpati terhadap hal tersebut.

4.        Adil ( Nilai Keadilan )
Pengertian adil adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. seorang pemimpin harus memiliki sikap adil terhadap siapapun dan dapat menentukan suatu perkara dengan tepat dan baik, dan dapat mendiagnosa hal-hal kedepannya perilaku adil ini sangatlah penting yang harus dimiliki oleh sang pemimpin. Adil dalam arti seimbang, dalam suatu kelompok yang didalamnya terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Firman Allah dalam surat al-Infithar (82) ayat 6-7 berikut ;
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ ﴿٦﴾

الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ ﴿٧﴾
 
Artinya :
{6} Wahai manusia, apa yang membuat kalian tergoda sehingga berani mendurhakai Tuhanmu Yang Maha Pemurah?
{7} Yang menghadirkan dirimu dari ketiadaan ke alam wujud, menciptakan organ-organ tubuh yang dapat kamu manfaatkan, dan menjadikanmu seimbang dan serasi.

5.        Amanah ( Nilai Kejujuran )
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan (Q.S. 32 : 72) yang tercakup di dalamnya khilafah ilahiyah (khalifat allah, ibad allah), khilafah takwiniah (al-taklif al-syar'iah) dalam kaitannya dengan hablun min allah dan hablun min al-nas. Sebagai seorang pemimpin harus mepunyai sifat  amanah dimana terdapat tanggung jawab yang besar hubungannya dengan manusia dan Allah SWT. Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan.

5.         Professional
Profesional pada hakekatnya merupakan symbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri, dengan cara mengabdikan diri karena ia merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu (Chandler dalam Sahertian, 1994). Profesionalisme menurut Surya (2003: 244) merupakan motivasi instrinsik sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kearah perwujudan professional. Kualitas profesionalisme didukung oleh berbagai kompetensi ialah:
1.        Keinginan menampilkan perilaku yang mendekati standard ideal.
2.        meningkatkan diri dan memelihara citra profesi.
3.        keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilan.
4.        mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.
5.        memiliki kebanggaan dalam profesinya.

Menurut Sujana (1999) pekerjaan yang professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk suatu bidang pekerjaan tertentu, bukan karena orang tersebut tidak memperoleh pekerjaan lain.
Kesimpulan Profesional diartikan sebagai kemampuan penguasaan substansi pengetahuan, ketrampilan tehnis dan keahlian khusus sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu, seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut "profesional" dalam bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan sah. Sebagai contoh, dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang merupakan kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi demi uang.
Seorang pemimpin professional dapat mengaplikasikan teori melalui kecakapan dan kemampuan serta perilaku yang relevan.

Dalam Hal ini sifat profesional terbagi kedalam beberapa kriterian diantaranya :
a.         Kerjasama
Kerja sama, atau kooperasi merujuk pada praktik seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara umum, alih-alih bekerja secara terpisah dalam persaingan.
Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat bekerja sama dengan bawahannya dalam melakukan hal apapun dimana terdapat interaksi sosial antara pemimpin dn bawahannya,sehingga suatu hal ataupun yang ditujunya dapat terselesaikan dengan baik.
b.         Bekerja sebagai ibadah
Kerja merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Oleh karena itu orang bekerja penuh antusiasme.
Sebagai seorang pemimpin yang antusias bekerja adalah selain untuk mencari penghasilan dan menafkahi keluarganya, dia mempunyai pemikiran sebagai suatu ibadah kepada sang khalik selain itu bekerja yang sedang dialaminya adalah suatu pencapaian kebutuhan untuk melakukan suatu ibadah kepada allah swt.
c.         Menghargai Waktu
Seorang yang sukses diantaranya adalah dimana dia bisa menghargai waktu, dengan demikian tidak menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak penting untuk menghargai waktu tersebut kita pergunakan sebaik mungkin untuk melakukan hal-hal yang penting dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang banyak.


III.  PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa :

1.      kepemimpinan bisa di artikan sebagai kemampuan seni membimbing, mendorong, mengajak serta mempengaruhi orang lain, agar orang lain (di dalam kelompok/organisasi yang di pimpinnya) mau mengikuti arahan dari sang pemimpin.
2.      Dalam proses mempengaruhi orang lain terdapat empat kategori gaya kepemimpinan yaitu :  Telling ‑ dimana pemimpin memberitahukan apa yang harus dilakukan bawahan serinci mungkin (tingkat kematangan rendah), Selling - dimana pemimpin menjajakan atau mengkoordinasi tugas‑tugas yang harus dilakukan bawahan (tingkat kematangan rendah‑sedang), Participating ‑ dimana pemimpin mengikutsertakan bawahan (tingkat kematangan sedang‑tinggi), Delegating ‑ dimana pemimpin mendelegasikan tugas‑tugas kepada bawahan (tingkat kematangan tinggi).
3.      Proses kepemimpinan akan berjalan baik apabila seorang pemimpin dapat mengaplikasikan konsep-konsep kepemimpinan islam serta dapat melaksanakan dan menjalankan amanah yang di berikan oleh allah, oleh masyarakat serta oleh bawahan dengan sebaik-baiknya.
4.      Pada saat memimpin akan banyak sekali kondisi atau situasi yang berbeda-beda, sehingga dalam kondisi apapun seorang pemimpin sangat di harapkan untuk dapat mengatasi masalah yang di hadapinya, untuk itu saran dari penulis adalah agar para mahasiswa dan orang-orang yang mengemban jabatan sebagai pemimpin bisa belajar dari studi kasus kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut, sehingga dalam proses memimpin dapat terciptanya suasana yang kondusif dan relevan.




DAFTAR PUSTAKA


Abdul Wahid Khan, 2002 Rasulullah di Mata Sarjana Barat, Terj: Muhammad Muhaimin, Mitra Pustaka, Yogyakarta, Cet. 2, hlm. 45
Al-Quran dan terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: 1993.
Annemary Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Terj. Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 72
Budiono, Machfudin., 2000. Gaya Kepemimpinan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Hadari Nawawi. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta. Gajahmada University press
Handoko T. Hani, Manajemen Edisi 2, BPFE – Yogyakarta, 1984.

            http://artikelrande.blokspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html


James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan, Jakarta:Mitra
Jauhari Maktum M.A. 2011. Kepemimpinan Sebagai Amanah. Universitas Brawijaya. Malang
Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara: Perspektif Modernis dan Fundamentalis (Magelang: Indonesiatera, 2001), hlm. 30.
Kartini Kartono, 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ?. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. hlm. 5.
Kartini Kartono. 1994. Arti Pemimpin. Gramedia: Jakarta
M. Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 40.
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu Wal Marjan, (Semarang: Al-Ridha, 1993),   Hal. 562-563
Mustafa Al-Maraghi, 2011. Pengertian Amanah Dalam Islam. http://abyyasha.wordpress.com/2011/10/03/pengertian-amanah-dalam-islam/
Nuskhi. 2012. Kepemimpinan Dalam Segi Islam. Kepemimpinan: Purwokerto
Purwanto, Yadi. 2001., Makalah: Manajemen PT.Cendekia Informatika, Jakarta
Taufiq Rahman, op.cit., hlm. 22.
Tead, Terry, Hoyt. 2003. Pengertian Kepemimpinan.  http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/#ixzz1ijX4CPTU

W. Brown Steven. 1998. Manajemen Kepemimpinan, Jakarta: Profesional Books  

Young. 2003.  Pengertian Kepemimpinan.   http://organisasi.org/jenis_dan_macam_gaya_kepemimpinan_pemimpin klasik_otoriter_demokratis_dan_bebas_manajemen_sumber_daya_manusia


comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...