Tugas
Individu
Diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat tugas mata kuliah Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN
Oleh :
Avian Trenggono
D0A012069
MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PRODUKSI
TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
PURWOKERTO
2012
KATA
PENGANTAR
Assalammu’alaikum
wr.wb.
Puji syukur
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan paper ini guna memenuhi syarat tugas terstruktur mata kuliah
kepemimpinan program studi Produksi Ternak Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis
menyadari, bahwa dalam penyusunan paper ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan koreksi, saran dan kritik yang konstruktif
demi kesempurnaan paper ini. Tidak lupa juga saya ucapkan terima
kasih khususnya kepada Bapak Muhammad Nuskhi yang telah memberikan arahan dan
dorongan, sehingga dapat terselesaikannya tugas paper ini, serta dengan adanya
beberapa sumber dari buku-buku dan website yang sangat membantu dalam mendukung referensi saya untuk menyelesaikan tugas paper
ini. Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan. khususnya
penulis, Sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.
Wassalammu’alaikum
wr.wb.
Purwokerto, 10 Desember 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata
Pengantar .............................................................................................. i
Daftar
Isi......................................................................................................... ii
I.
PENDAHULUAN
.................................................................................. 1
A.
Latar Belakang....................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C.
Tujuan ................................................................................................. 2
D.
Manfaat...............................................................................................
2
E.
Ruang Lingkup ................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.
Pengertian Kepemimpinan .................................................................. 3
B.
Studi Kasus Kepemimpinan Rasulullah Saat
Hijrah .......................... 6
C.
Kepemimpinan Merupakan Suatu Amanah ........................................ 14
D.
Hakekat Amanah ................................................................................ 16
E.
Konsep Kepemimpinan Islam ............................................................. 17
III. PENUTUP............................................................................................... 27
A.
Kesimpulan ......................................................................................... 27
B. Saran
................................................................................................... 27
Daftar
Pustaka ............................................................................................... 28
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sebagai makhluk sosial, manusia
membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dalam menjalani kehidupan
sosialnya, dalam hal ini manusia akan berinteraksi satu-sama lain untuk
menjalani kehidupan dan melakukan berbagai macam kegiatan sebagai bentuk proses
interaksi.
Di
dalam suatu interaksi tersebut manusia perlu mengerti dan memahami tentang apa
itu kepemimpinan, hal
ini disebabkan karna diantara interaksi itu haruslah terdapat seseorang,
sekelompok, dan seterusnya, yang bisa mengarahkan interaksi dengan baik yang
bisa dilakukan bersama. Karena, jika tidak maka tentu akan terjadi kekacauan
dan kondisi yang tidak terkendali.
Dengan demikian dalam mencapai arahan yang baik,
tugas seorang yang memimpin dalam suatu sistem kepemimpinan haruslah dapat
memenuhi semua aspek-aspek yang di butuhkan oleh yang di pimpin. Berbicara
tentang memimpin bukan hanya sekedar pemimpin dan yang di pimpin tetapi
memimpin adalah suatu seni yang relevan dalam membaca situasi dan kondisi yang
ada di sekelilingnya, serta dapat memposisikan dirinya dalam suatu kelompok
atau organisasi untuk mengatur dan mengarahkan anggotanya agar tercapainya
tujuan bersama.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Pengertian kepemimpinan
2.
Macam-macam gaya kepemimpinan
3.
Kepemimpinan merupakan suatu amanah
4.
Konsep kepemimpinan dalam islam
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian kepemimpinan
2.
Mengetahui pengertian macam-macam gaya
kepempinan
3.
Mengetahui hakekat amanah
4.
Mempelajari konsep kepemimpinan dalam
islam
D.
MANFAAT
1.
Sebagai hasil tugas yang di berikan oleh
Bapak Muhammad Nuskhi sebagai dosen mata kuliah Kepemimpinan program studi
D-III Produksi Ternak.
2.
Sebagai bahan referensi untuk
pembelajaran bagi masyarakat umum, atau mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan
tentang kepemimpinan.
3.
Sebagai acuan pembelajaran materi pengertian
dan pemahaman kepemimpinan yang baik dan benar.
E.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam
pembahasan masalah pada paper ini adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan
masalah seputar kepemimpinan ditinjau dari pengertian kepemimpinan, gaya
kepemimpinan, hakekat amanah dan konsep kepemimpinan dalam islam.
II. PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain sehingga yang
dipengaruhi mau mengikuti arahan sang pemimpin (Nuskhi, 2012). Untuk melakukan kerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian pemimpin tersebut ada apabila
terdapat satu kelompok atau satu organisasi (Kartini
Kartono, 1998).
1. Pengertian Kepemimpinan Menurut
Para Ahli
Menurut james A F Stoner, Seorang pemimpin
bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya,
staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar
organisasi. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. Proses kepemimpinan
dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas.
Menurut
Henry Mintzberg, para pemimpin adalah sebagai
paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan
sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi. Peran hubungan antara perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai
pemimpin yang dicontoh, pengaruh tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
Fungsi peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
Peran pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan,
sumber alokasi, dan negosiator.
Menurut
Stephen R. Covey (1997), Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang
atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan - alasannya. Seorang pemimpin
adalah seseorang yang aktif membuat rencana - rencana, mengkoordinasi, melakukan
percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama sama.
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003), Pengertian Kepemimpinan
yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003), Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk
dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau
mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
2.
Gaya
Kepemimpinan
Sebagai yang di definisikan sebelumnya, gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang anda gunakan waktu anda mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang di lihat
oleh orang lain. Karena perilaku dasar yang
di tanggapi bawahan (pengikut). Berikut adalah empat gaya kepemimpinan
(Machfudin Budiono, 2000).
2.1.
Telling /
Instruksi
Perintah atau arahan (untuk melakukan
suatu pekerjaan atau melaksanakan suatu tugas), gaya ini di cirikan dengan
komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikut dan
memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan di mana melaksanakan
berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
semata-mata dilakukan oleh pemimpin ( tingkat kematangan rendah ).
2.2. Selling ( ide dari pemimpin, tugas
di-floarkan
)
Dalam menggunakan gaya ini pemimpin masih banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hampir semua keputusan, tetapi hal ini
diikuti dengan peningkatan banyakanya komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan serta
ide-ide dan saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, kontrol atas
pengambilan keputusan tetap pada
pemimpin (tingkat kematangan rendah‑sedang).
2.3. Participating
Semua
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, mengambil keputusan
di pegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya ini pemimpin dan pengikut
saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah pengambilan keputusan.
Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar dan tanggung
jawab pemecahan masalah dann pengambilan keputusan sebagian besar berada kpada
pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas (tingkat
kematangan sedang‑tinggi).
2.4. Delegating ( di Delegasikan kepada se-tiap Unit )
Karena
pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan hingga tercapai
kesepakatan mengenai definisi yang kemudian proses pengambilan keputusan di
delegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang
memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara melaksanakan tugas.
Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanankan
pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk
memikul tanggung jawab dalam mengarahkan perilaku mereka sendiri (tingkat kematangan tinggi).
B.
Studi
Kasus Kepemimpinan Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang benar-benar menjadi idaman
setiap manusia, utusan Allah yang sempurna dan seimbang, yang cita-cita dan
tindakannya merupakan perwujudan sifat-sifat Allah yang luhur, Sebagai utusan
yang terakhir dan terbesar. kedatangan Muhammad telah diramalkan dan
diberitahukan oleh para rasul sebelumnya, yakni tentang siapa kelak yang akan
menerima wahyu terakhir dan yang tersempurna.
Berbicara tentang Nabi Muhammad saw tidak bisa dilepaskan dari tugas utama
beliau sebagai seorang rasul penyampai risalah Tuhan dan tugasnya sebagai
pemimpin panutan umat dengan memberikan pendidikan dan pengajaran tentang
nilai-nilai Islam, sebagai bentuk dakwahnya.
1.
Nabi SAW (53 tahun) Ahli Aqidah
Dalam suatu telaah terhadap seratus
tokoh berpengaruh di dunia, Muhammad SAW diakui sebagai seorang tokoh yang
paling berpengaruh dan menduduki rangking pertama. Ketinggian itu dilihat dari
berbagai perspektif, misalnya sudut kepribadian, jasa-jasa dan prestasi beliau
dalam menyebarkan ajaran Islam pada waktu yang relatif singkat. Kesuksesan
beliau dalam berbagai bidang merupakan dimensi lain kemampuan sebagai leader
dan manajer yang menambah keyakinan akan kebenaran Rasul. Dikatakan leader
karena beliau selalu tampil di muka, menampilkan keteladanan, dan kharisma
sehingga mampu mengarahkan, membimbing dan menjadi panutan. Dikatakan manajer
karena beliau pandai mengatur pekerjaan atau bekerja sama dengan baik,
melakukan perencanaan, memimpin dan mengendalikannya untuk mencapai sasaran.
Umat Islam
memandang Muhammad saw bukan hanya sebagai pembawa agama terakhir (Rasul) –
yang sering disebut orang sebagai pemimpin spiritual, tetapi sebagai pemimpin
umat, pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami
yang adil, ayah yang bijak sekaligus pemimpin bangsa Arab dan dunia. Peran yang
sangat komplek ini telah diperankan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw.,
sehingga menjadi dasar bagi umatnya sampai akhir zaman. Hal ini menunjukkan
bahwa peran Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin umat sangat besar pengaruhnya.
Perwujudan kepemimpinan beliau dengan memberi pendidikan dan pengajaran yang
baik kepada umat dengan keteladanan yang baik (uswatun hasanah).
Pada dasarnya Islam memandang bahwa
setiap manusia merupakan pemimpin. Sehingga setiap umat Islam sebagai pemimpin
yang beriman harus berusaha secara maksimal untuk meneladani kepemimpinan
Rasulullah sebagai konkretisasi kepemimpinan Allah SWT., untuk itu Allah SWT.
memfirmankan agar mentaati Rasulullah, baik berdasarkan sabda dan perilakunya,
maupun diamnya beliau dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.
Hal ini
sesuai dengan firman Allah surat An-Nisa’:64:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ
إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَلَوْ
أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُوا أَنفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ
وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا ﴿٦٤﴾
“Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan
untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika
menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasul-pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah maha
penerima taubat lagi maha penyayang”. (Q.S. An-Nisa:64).
Firman Allah di atas dengan jelas memerintahkan agar setiap umat Islam
mematuhi dan taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Allah SWT juga
menerangkan bahwa setiap Rasul yang diutus oleh-Nya kedunia ini dari dahulu
sampai kepada Nabi Muhammad saw wajib ditaati dengan izin (perintah) Allah karena
tugas risalah mereka adalah sama yaitu untuk menujukan umat manusia kejalan
yang benar dan kebahgiaan hidup didunia dan akhirat (Annemary
Schimmel,1991).
Diterangkan pula dalam sebuah hadits bahwa Nabi Muhammad senantiasa
menganjurkan setiap orang untuk mentaati pemimpinya, selama mereka tidak
menyuruh berbuat maksiat dan kemungkaran terhadap Allah.
“Dari Abi
Hurairah dari rasulullah sesungguhnya telah berkata : dia yang taat kepadaku
berarti mentaati Allah dan dia yang tidak patuh padaku berarti tidak mentaati
Allah. Dan dia yang mentaati Amir berarti mentaati Aku, dan yang tidak mentaati
Amir berarti tidak mematuhi aku” (HR. Muslim).
Baik dari
surat An-Nisa’ ayat 64 maupun hadits diatas menerangkan bahwa kita
diperintahkan untuk taat kepada pemimpin yang harus disandarkan pada izin
Allah, ini berarti setiap ketaatan orang pada pemimpinya, rakyat pada
pemerintah dan anak pada orang tua semata-mata karena izin Allah.
Selanjutnya
di bawah ini akan diketengahkan usaha mencari dan menggali sesuatu yang dapat
dan harus diteladani dari kepemimpinan Nabi Muhammad saw, yaitu:
1.1.
Kepribadian
yang Tangguh
Nabi Muhammad saw. adalah sosok yang
sangat kuat baik pada masa kecilnya, dewasanya bahkan sampai wafatnya
menunjukkan sikap yang sangat kuat teguh pendirian (istiqamah). Sejak
pertamanya beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal
kebobrokan dan kejahiliahannya, menyembah berhala dan patung. Kepribadian
itulah yang menjadi dasar atau landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin,
karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidup yang
kokoh dan kuat.
1.2.
Kepribadian dan
Akhlak Terpuji.
Kepribadian yang terpuji ini memiliki beberapa
sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad disebut sifat wajib Rasul
meliputi shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah.
Namun Rasul sebagai manusia pasti memiliki sifat jaiz, yakni sifat-sifat
kemanusiaan yang tidak menurunkan derajat atau martabat beliau sebagai utusan
Allah. Dalam sifat jaiz ini Rasul tidak dapat menghindar dari ujian dan
cobaan Allah SWT. seperti rasa sedih, sabar, dan tabah.
Sifat wajib dan sifat jaiz yang dimiliki
Rasul tanpa memiliki sifat mustahil, sangat menunjang pelaksanaan kepemimpinan
yang beliau laksanakan. Dalam segala hal, akhlak Nabi Muhammad adalah
Al-Qur'an, dengan mengambil keteladanan dari kehidupan Nabi saw berkaitan
dengan pendidikan akhlak Nabi, beliau sendiri menegaskan dalam salah satu
hadits yang sudah dikenal luas dikalangan pengikutnya :
“Tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan
akhlak.” (H.R. Ahmad).
Dari poin di atas dapat dipahami
bahwa inti dari kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman dan
pengembangan sistem akidah, ubudiyah dan muamalah yang berorientasi pada
akhlakul karimah.
1.3.
Kepribadian
yang Sederhana.
Beliau memperlakukan orang dengan
penuh kesopanan dalam semua kesempatan. Setelah memperoleh kemenangan beliau
lebih sederhana, peramah dan pemurah hati, bahkan memberikan maaf dan
pengampunan pada musuh-musuhnya.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw.
berjalan di atas nilai-nilai Islam yang berhasil menanamkan keimanan,
ketakwaan, kesetiaan dan semangat juang untuk membela kebenaran dan
mempertahankan hak selain beroleh bantuan Allah SWT.
Ada beberapa kunci yang dapat
diteladani oleh umatnya, yaitu:
a.
Akhlak Nabi yang terpuji tanpa cela.
b.
Karakter Nabi yang tahan uji, tangguh, ulet,
sederhana, dan semangat baja.
c.
Sistem dakwah yang menggunakan metode imbauan yang
diwarnai dengan hikmah kebijaksanaan.
d.
Tujuan perjuangan Nabi yang jelas menuju ke arah
menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghancurkan yang batil, tanpa pamrih
kepada harta, kekuasaan dan kemuliaan duniawi.
e.
Prinsip persamaan.
f.
Prinsip kebersamaan.
g.
Mendahulukan kepentingan dan keselamatan
pengikut.
h.
Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta
pendelegasian wewenang.
i.
Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.
Keberhasilan Nabi Muhammad saw. dalam memimpin umat dikarenakan tingkah
laku beliau yang selalu berdasarkan Al-Quran dan ditunjang beberapa sifat yang
melekat padanya. Adapun sifat utama yang melekat pada diri pribadinya yaitu:
1. Kehormatan kelahirannya.
2. Bentuk dan potongan tubuh yang sempurna.
3. Perkataan yang fasih dan lancar.
4. Kecerdasan akal yang sempurna.
5. Ketabahan dan keberanian.
6. Tidak terpengaruh oleh duniawi.
7. Hormat dan respek terhadap dirinya.
Nabi Muhammad dalam menjalankan kepemimpinan menerapkan pola-pola
kepemimpinan yang sangat dianjurkan oleh Islam. Pola-pola kepemimpinan yang
dimaksud adalah :
“Dalam menjalankan misi dakwah, Nabi
Muhammad selalu mengedepankan kebijakan-kebijakan untuk dapat menjadikan
teladan yang baik. Beliau sering melakukan silaturrhami dengan para sahabatnya,
bukan hanya dalam sabda-sabdanya tetapi juga dalam perilaku kesahariannya”
( M.
Abdurrahman ).
“Muhammad saw telah memberikan
pengaruh yang luar biasa pada kehidupan para pengikutnya. Kemampuan dan gaya
mengatur dan memimpin para pengikutnya sungguh luar biasa. Para pengikutnya
sangat mempercayainya, sebagai pemimpin yang selalu menjadi pembimbing dalam
berbagai masalah”,
( Abdul
Wahid Khan, 2002 ).
Pola kepemimpinan Nabi Muhammad saw. yang telah dipraktikkannya, yakni
sikap Nabi yang selalu toleran
terhadap siapapun. Di mana di dalamnya terdapat proses interaksi antara Nabi
Muhammad saw. dengan umatnya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat
An-Nahl ayat 125, yaitu:
ادْعُ إِلَىٰ
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [١٦:١٢٥]
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
( Q.S.An-Nahl: 125 ).
Ayat ini menggambarkan bahwa para pemimpin harus senantiasa mengedepankan
suasana dialogis dengan bersedia bertukar pikiran melalui cara yang baik dengan
orang-orang yang di pimpinnya, seperti halnya gaya kepemimpinan participating ( Machfudin Budiono,
2000). Sikap seperti ini sering Nabi Muhammad SAW lakukan dalam
kepemimpinannya. Suasana dialogis tersebut tumbuh dalam sebuah kepemimpinan
yang demokratis dengan ciri berusaha menyikronkan antara kepentingan dan
tujuan, terbuka terhadap kritik, mau menerima saran dan pendapat orang lain.
Sikap-sikap seperti itulah yang dilakukan nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad
menerima kritikan terhadap dirinya
dengan lapang dada walaupun kritik itu tidak benar.
2.
Abu Bakar (51 tahun) Ahli
Ekonomi
Abu Bakar As Sidiq, salah satu khalifah terbaik sepanjang sejarah. Sepeninggal
Rasulullah SAW ia pun diangkat menjadi Khalifah. Di hadapan rakyatnya ia
mengucapkan sebuah pidato yang merupakan pernyataan pertama setelah ia memangku
jabatan sebagai Khalifah. Setelah mengucapkan puji syukur kepadaAllah Abu Bakr
radiallahu ‘anhu berkata:
“Saudara-saudara, saya sudah
terpilih untuk memmpin kamu sekalian, saya bukanlah orang yang terbaik di
antara kamu sekalian. Kalau saya berlaku baik, bantulah saya, kebenaran adalah
suatu kepercayaan, dan dusta adalah pengkhianatan, otang yang lemah di kalangan
kamu adalah kuat di mata saya, sesudah haknya saya berikan kepadanya, inya
Allah, dan orang yang kuat buat saya adalah lemah sesudah haknya nanti saua
ambil, insya Allah apabila ada golongan yang meninghalkan perjuangan di jalan
allah. Maka allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Apabila kejahatan itu
sudah meluas pada suatu golongan, maka allah akan menyebarkan bencana kepada
mereka, taatlah saya selama saya taat kepada ( perintah) allah dan rasul-Nya.
Tetapi apa bila saya melanggar (perintah ) allah dan Rasulullah maka gugurlah
kesetiaanmu kepada saya. Laksanakanlah salatt kamu allah akan merahmati kamu
sekalian”.
Ungkapan Abu Bakar As Sidiq
diatas sesungguhnya mencerminkan sebuah ketulusan, keikhlasan, dan rasa
tanggung jawab, serta sebuah kesadaran bahwa ia sebagai pemimpin tidak akan
berarti apa – apa jika tanpa dukungan orang sekitarnya, posisi yang ia capai
adalah wujud kepercayaan padanya. Abu Bakar As Sidiq dengan keberanian dan
keteguhan hatinya-pun mempersilakan rakyatnya mengkritisinya, bahkan
meninggalkannya jika ia (sebagai pemimpin) keluar dari jalan kebenaran.
Pidato Abu Bakar tersebut mengajarkan pada kita bahwa
seorang yang berkuasa harus selalu siap untuk dikritik, mendengarkan keluhan
rakyatnya, bukan rakyat yang selalu harus mendengarkan curhatan
hatinya,kegalauannya,dan kecemasannya. Lihatlah mereka yang hanya bisa
beristirahat di bawah kolong jembatan,lihatlah mereka yang bergelut dengan
sampah, lihatlah mereka yang terbujur kaku karena kelaparan,
lihatlah…lihatlah…Semua mereka sesungguhnya sangat terancam, namun mereka tiada
mengeluh karena bisa jadi mereka sudah tahu tidak akan didengarkan. Abu Bakar
As Sidiq adalah seorang khalifah yang luar biasa kepekaannya.Tiada berlebihan
mencoba mentransfer nilai kepemimpinan beliau.
3.
Abdullah bin Abu Bakar (25
tahun) Ahli Strategi
Setelah Utsman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4.
Awalnya beliau ra. menolak, namun akhirnya beliau ra. menerimanya. Imam Ahmad
meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata:
Sementara orang banyak datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera
memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau (‘Utsman ra.) telah terbunuh,
sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui orang yang
paling berhak untuk itu kecuali anda (‘Ali ra.)". ‘Ali ra. berkata kepada
mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang
menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka
menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada orang yang lebih
berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab: "Jika
kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut
hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa
yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah ‘Ali ra. ke
masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya.”
Beberapa Keutamaan Ali Ra.
1. Ali ra. adalah orang yang pertama kali masuk
Islam dari kalangan anak-anak. Sebagian riwayat mengatakan bahwa saat masuk
Islam, beliau ra. baru berumur 10 tahun.
Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad bahwa Al-Hassan bin Zaid bin Al-Hassan
berkata:
Ali
tidak pernah menyembah berhala sama sekali karena dia memang masih kecil. Saat
hijrah RasuluLlah saw, ’Ali ra. dengan penuh keberanian, tidur di atas tempat
tidur RasuluLlah saw., sehingga para pengepung mengira RasuluLlah saw. masih di
dalam rumah, sedang beliau saw. telah meninggalkan rumah tsb.
2.
Ali adalah salah satu dari 3 orang
sahabat ra. yang melakukan
perang tanding satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar. Ali ra. berkata: ‘Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy) maju diikuti putra (Al-Walid) dan saudaranya (Syaibah). Ia berseru: ‘Siapa mau bertarung?’ Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya: Siapa kamu?’ Maka mereka mengabarinya. ‘Utbah berkata: ‘Kami tidak membutuhkan kamu, tetapi kami inginkan putera-putera paman kami.’ Kemudian RasuluLlah saw, bersabda: ” Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai ’Ali! Majulah hai Ubaidah bin Harits!” Kemudian Hamzah ra. menghadapi ’Utbah (dan berhasil membunuhnya) dan aku menghadapi Syaibah (dan membunuhnya). ’Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang, masing-masing saling melukai lawannya, kemudian kami menyerang Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa Ubaidah.(HR. Abu Daud).
perang tanding satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar. Ali ra. berkata: ‘Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy) maju diikuti putra (Al-Walid) dan saudaranya (Syaibah). Ia berseru: ‘Siapa mau bertarung?’ Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya: Siapa kamu?’ Maka mereka mengabarinya. ‘Utbah berkata: ‘Kami tidak membutuhkan kamu, tetapi kami inginkan putera-putera paman kami.’ Kemudian RasuluLlah saw, bersabda: ” Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai ’Ali! Majulah hai Ubaidah bin Harits!” Kemudian Hamzah ra. menghadapi ’Utbah (dan berhasil membunuhnya) dan aku menghadapi Syaibah (dan membunuhnya). ’Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang, masing-masing saling melukai lawannya, kemudian kami menyerang Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa Ubaidah.(HR. Abu Daud).
C.
KEPEMIMPINAN
MERUPAKAN SUATU AMANAH
Hidup adalah
amanah. Semua apa yang ada di hadapan kita adalah amanah. Keluarga, masyarakat,
jabatan, harta, pekerjaan, dan bahkan diri kita adalah amanah dan titipan dari
Allah swt. yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Apabila amanah yang
diembankan kepada kita belum terealisasi atau belum ditunaikan maka pemberi
amanah akan menuntut kita di dunia dan di akhirat, sementara orang yang
mempunyai hak pun akan menuntut walaupun itu adalah isteri/suami atau anak
kita.
Disinilah pentingnya seorang pemimpin memegang teguh asas
profesionalitas. Profesionalitas diukur dari tingkat kemampuan menggunakan
manajemen strategis dan manajemen operasional dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban yang diemban dengan cerdas, cermat, terukur dan produktif.
Seorang pemimpin tidak boleh ”asal-asalan” dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban kepemimpinannya. Ia harus benar-benar ahli. Kalau tidak, sebaiknya ia
mengundurkan diri sebagai seorang pemimpin. Kalau diteruskan, ia akan terjebak
pada anasir kontraproduktif yang justru akan merugikan dirinya dan pihak lain
yang dipimpinnya. Pemimpin yang tidak profesional bisa dikategorikan sebagai
pemimpin yang menyia-nyiakan amanah Allah.
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan, maka
nantikanlah tibanya hari kiamat.’ Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa
yang dimaksud dengan menyia-nyiakan amanah?’ Beliau menjawab, ‘Apabila perkara
itu diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah tibanya hari kiamat”.
(HR. Bukhari)
Sebagai amanah, kepemimpinan itu adalah sesuatu yang diberikan oleh Allah
kepada hamba-hamba-Nya terpilih. Kepemimpinan bukanlah semata hasil
”permintaan” seorang hamba kepada Allah. Karena itu, seorang pemimpin yang
amanah, ia pasti akan memanfaatkan amanah kepemimpinannya sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah, selain mendekatkan masyarakat yang dipimpinnya.
Orientasi kepemimpinannya semata ”hanya untuk ibadah” kepada Allah dan meraih
cinta-Nya. Dan, sama sekali tidak bertendensi pada usaha meraih kekayaan
duniawi.
Selain amanah Allah, kepemimpinan adalah amanah masyarakat. Ketika
masyarakat mempercayai kita sebagai seorang pemimpin misalnya, itu artinya
mereka meyakini bahwa kita dinilai mampu menjalankan amanah kepemimpinan. Dan,
di pundak kita, mereka menaruh harapan besar untuk mampu membawa mereka kepada
kesejahteraan hidup dan kehidupan.
Pemimpin yang tidak amanah tidak lebih sebagai serigala yang siap
”memangsa” setiap orang yang ada di sekitarnya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah
dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah gerombolan kambing lebih merusak
daripada merusaknya seseorang terhadap agamanya disebabkan ambisinya untuk
mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi.” (HR Tirmidzi)
Karena itu, jangan sekali-kali kita meminta kepemimpinan itu kepada
masyarakat. Apalagi sampai membelinya dengan ”uang”. Kepemimpinan yang diminta
sesungguhnya jauh dari pertolongan Allah. Rasulullah saw. pernah menasihati
Abdurrahman bin Samurah r.a. tentang hal itu, “Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa
memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik
kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya
akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).“(HR Bukhari)
Seorang pemimpin yang menyadari bahwa kepemimpinan adalah amanah Allah
dan masyarakat, sudah bisa dipastikan ia maksimal dalam menunaikan amanah itu.
Pemimpin tersebut tidak akan pernah menyelewengkan kepemimpinannya dari koridor
yang ditetapkan Allah dan yang ditetapkan manusia melalui sebuah undang-undang,
dan sebagainya. Ia akan maksimal memberikan pelayanan kepada Allah dan
masyarakat yang dipimpinnya.
D.
HAKEKAT
AMANAH
Amanah secara etimologis (pendekatan
kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang berarti jujur
atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah berarti pesan,
perintah, keterangan atau wejangan. Amanah menurut pengertian
terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad
Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga
agar sampai kepada yang berhak memilikinya.
Menurut Musthafa Al-Maraghi “Amanah manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan
kepada yang mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan
semisalnya yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia
secara keseluruhan. Termasuk pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil
terhadap masyarakatnya, agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta
mencintai kebenaran dan kebaikan”. Dengan memperhatikan pendapat Ahmad
Musthafa Al-Maraghi tersebut, ini berarti seorang pemimpin yang amanah akan
berlaku adil dan terhindar dari kejelekan dan dosa.
“Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah
kepada yang berhak menerimanya” (Q.S. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan
berinteraksi sosial. Sifat dan sikap
amanah harus menjadi kepribadian atau sikap mental setiap individu dalam
komunitas masyarakat agar tercipta harmonisasi hubungan dalam setiap gerak
langkah kehidupan. Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan terjalin sikap
saling percaya, positif thinking, jujur dan transparan dalam seluruh aktifitas
kehidupan yang pada akhirnya akan terbentuk sistem kepemimpinan dalam
masyarakat yang ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.
Amanah merupakan salah satu
karakteristik dari seorang mukmin, sebagaimana diterangkan
dalam QS. Al-Mu’minun (23) : 8. yang berbunnyi sbb:
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ
وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ ﴿٨﴾
Artinya
:“Orang yang amanah artinya
mau menerima tugas dan mau melaksanakannya”.
Tetapi
kebanyakan manusia sering berlaku dholim dan bodoh, yaitu mau menerima tugas
tetapi tidak mau melaksanakannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab (33) : 72 :
إِنَّا عَرَضْنَا
الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا ﴿٧٢﴾
Artinya :
“Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat dholim dan bodoh”.
E.
KONSEP
KEPEMIMPINAN ISLAM
Dalam Konsep kepemimpinan islam terdapat dalil QS Al
Mukminun [23] : 1-11 yang bebrbunyi sebagai berikut :
|
Di dalam konsep Islam, pemimpin merupakan hal yang
sangat final dan fundamental. Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan
masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama'ah, pemimpin ibarat kepala dari
seluruh anggota tubuhnya. Ia memiliki peranan yang strategis dalam pengaturan
pola dan gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan
umatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan umat
dengan iringan ridho Allah (Qs. 2 : 207).
Dalam bangunan masyarakat Islami, pemimpin berada
pada posisi yang menentukan terhadap perjalanan umatnya. Apabila sebuah jama'ah
memiliki seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan
dan pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan
perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. Dan sebaliknya, manakala
suatu jama'ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam
hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai tanggung jawab,
serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan
tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah akan mengalami kemunduran,
dan bahkan mengalami kehancuran (Qs. 17 : 16).
Oleh
karena itulah, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi yang sangat
strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun
Wa Robbun Ghofur (Qs. 34 : 15), yaitu masyarakat Islami yang dalam sistem
kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya kepemimpinan
atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok.
Hadits Abdullah bin Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “setiap
kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang amir yang mengurus keadaan rakyat adalah pemimpin. Ia
akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang laki-laki adalah
pemimpin terhadap keluarganya di rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas
rumah suaminya. Ia akan diminta pertanggungjawaban tentang hal mereka itu.
Seorang hamba adalah pemimpin terhadap harta benda tuannya, ia kan diminta
pertanggungjawaban tentang harta tuannya. Ketahuilah, kamu semua adalah
pemimpin dan semua akan diminta pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya
(Muhammad Fuad Abdul Baqi, 1993).
Disamping itu terdapat beberapa point
yang merujuk pada konsep kepemimpinan islam diantaranya :
1.
Hubungannya Dekat dengan
Allah SWT
Untuk
memperkokoh jiwa seorang pemimpin dia selalu dekat dengan allah SWT, dengan
demikian jika terdapat masalah atau hal yang tidak bisa diselesaikan sendiri
dia langsung meminta pertolongan kepada allah, selain itu dia tahu tujuan
hidupnya yaitu untuk mengabdi dan beribadah kepada allah, sebagai manusia yang
diciptakan kebumi seorang pemimpin tersebut sadar bahwa dia adalah seorang
khalifah dimuka bumi ini oleh sebab itu pertanggung jawabannya akan di minta di
akhirat nanti (Hadari Nawawi. 1993).
Adapun
hal-hal yang kaitan dengan allah, yaitu:
1.1.
Tujuan Hidup Manusia
Tujuan hidup manusia hidup di bumi yaitu untuk
beribadah kepada Allah atau bekerja untuk Allah dengan sungguh-sungguh,
sebagaimana ayat QS 51:56
وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالْإِنسَإِلَّالِيَعْبُدُونِ
Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
Allah
adalah raja di raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai hamba-hamba atau
pekerja-pekerja (karyawan) Allah, maka manusia seharusnya patuh dan taat
mengikuti semua peraturan-peraturan Allah bagaimana cara hidup dan bagaimana
cara berkerja di dunia ini. Semua peraturan-peraturan Allah itu tertulis dalam
kitab-kitab sucinya; Taurat, injil dan AL Quran. Al Quran adalah buku pedoman
hidup manusia yang terakir, dan sempurna.
Oleh
karena itu sebagai seorang yang memiliki tujuan hidup untuk beribadah kepada
allah akan selalu terhindar dari sikap-sikap tercela serta maksiat.
Ciri-ciri
orang yang dekat dengan allah yaitu sebagai berikut :
-
Orang yang
dekat dengan Tuhan adalah orang yang senantiasa membersihkan jiwanya (tazkiatun
nufus) sebagaimana orang-orang shaleh dahulu. Dia akan senantiasa ingat akan
amanah yang ada padanya yakni sebagai wakil dari rakyat yang harus melayani
rakyatnya bukan minta dilayani oleh rakyat.
-
Orang yang
dekat dengan Tuhan akan selalu merasa di awasi oleh Allah Yang Maha Melihat
sehingga akan terhindar dari melakukan perbuatan maksiat. Seorang
pemimpin yang dekat dengan allah akan memikirkan kepentingan umum bukan pribadi ataupun golongan.
-
Seorang pemimpin yang dekat dengan allah akan mampu menggunakan fasilitas yang ia punya sebagai sarana untuk
mensejahterakan rakyat bukan kesejahteraan pribadi ataupun kelompoknya.
1.1.1. Abdullah
Abdullah
atau hamba allah dimana manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh
karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya.
Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah
Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab
dan otoritas yang sangat besar.
1.1.2. Khalifah
Kekhalifahan
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan. wakil,
pengganti dan penguasa (Kamaruzzaman, 2001). Khalifah juga bisa berarti
seseorang yang diberi wewenang untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan
ketentuan-ketentuan orang memberi wewenang (Taufiq Rahman).
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi
otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi
kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati
manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah,
manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi
kehidupan di muka bumi.
2.
Efisien
Seorang pemimpin harus bisa melakukan atau menempatkan sesuatu kepada
tempatnya, serta cepat dan tepat dalam mengambil keputusan untuk jangka
kedepannya, menurut James K. Van Fleet
(1973) dalam
mengaplikasikan hal tersebut dibawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam kriteria efisien :
1.
Waktu
Seorang pemimpin dapat mengefisienkan waktu dengan
baik sehingga semua kegiatan dapat tercapai dengan lancar, seperti dalam hal
berdakwah seorang yang sedang memberikan ilmu terhadap pendengarnya dapat
melihat situasi dan kondisi sehingga ilmu tersebut dapat disampaikan dengan
baik dan tidak menghabiskan waktu yang begitu lama.
2.
Membaca
Dengan banyak membaca seseorang dapat menambah wawasan
dan ilmunya selain didapatkan dari sekolah ataupun organisasi yang lain,
seorang pemimpin yang suka membaca secara otomatis ilmunya dapat bertambah hal
tersebut dapat memberikan wawasan untuk menghadapi suatu masalah-masalah yang
dihadapinya.
3.
Suka Membantu
Seorang pemimpin yang baik adalah mempunya jiwa suka
membantu yang kesusahan dimana jika ada bawahan ataupun yang lainnya terdapat
kesulitan dia langsung membantunya dengan tulus dan tanpa ada rasa pamrih.
4.
Bergaul dengan Baik
Pemimpin yang baik dan dapat berinteraksi/bergaul
dengan baik dapat mempengaruhi proses kepemimpinannya sehingga dapat berjalan
dengan lancar, dengan adanya interaksi / pergaulan dengan yang dipimpin ataupun
dengan masyarakat hal tersebut dapat menjadikan orang lain percaya dengan
kepemimpinannya.
3. Penolong
Sebagai pemimpin haruslah mempunyai sifat penolong
terhadap sesama, sebagaimana perintah Allah untuk tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan dan
ketaqwaan tercancum dalam (Q.S. Alamaidah ayat 2) :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ
وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَائِدَ وَلَا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ
يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا ۚ
وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ۚ
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَن َدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن
تَعْتَدُوا ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا
عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا
اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢﴾
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu melanggar syiar-syiar
kesucian alloh, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan bulan haram, jangan
mengganggu hadyu (hewan-hewan qurban) dan qalaid (hewan-hewan qurban yang
diberi tanda), dan jangan(pula) menganggu orang-orng yang mengunjungi baitul
haram; mereka mencari karunia dan keridoan tuhannya. Tetapi apabila kamu telah
menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangang sampai kebencian(mu)
kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari masjidil haram,
mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). dan tolong menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Bertqwalah kepada alloh, sungguh, Alloh sangat besar
siksa.Nya”. { Q.S. Alamaidah ayat 2 }
|
Artinya :
(1) Demi Masa
(2) Bahwa semua manusia berada dalam kerugian karena
banyak dikuasai oleh hawa nafsunya.
(3) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan serta saling memasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran.
4. Bagus Moralnya
Sebagai seorang pemimpin harus mempunyai
moral yang bagus dan terpelihara dimana seorang pemimpin dapat mengatur gaya
hidupnya secara baik dan benar sebagaimana nilai moral yang terdapat didalam
islam sangat baik untuk di miliki oleh sang pemimpin diantaranya :
1.
Tauhid
(
Nilai Kebebasan )
Tauhid adalah konsep dalam aqidah
Islam yang menyatakan keesaan Allah.
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan
hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat merupakan
syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan
Rasulullah.
2.
Nikah ( Nilai Keluarga )
Secara Bahasa Nikah
berasal dari kata نَكَحَ – يَنْكِحُ – نِكَاحًا yang
berarti الدَحْم (mengawini)
atau الخَجأ
(menggauli). Hal ini sesuai dengan
firman Allah -subhaanahu wa ta’ala-,
الزاني لا ينكح إلا زانية أَو مشركة
والزانية لا ينكحها إِلا زانٍ أَو مشرك
Artinya
: “Laki-laki yang berzina tidak menikah melainkan dengan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dinikahi
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik...”.
3.
Hayati ( Nilai Kemanusiaan )
Dalam kehidupan manusia sesorang
tidak hidup sendirian melainkan membutuhkan orang lain untuk bisa melangsungkan
hidupnya, sebagai seorang pemimpin haruslah mempunyai nilai kemanusiaan yang
besar karna jika seorang pemimpin tidak memiliki nya maka dalam suatu aspek
kehidupan ataupun organisasi tidak akan selaras, apabila ada suatu kejadian
ataupun musibah seorang / pemimpin yang mempunyai sifat hayati akan merasakan
sakit apabila ada yang terkena musibah maka dia akan bergegas untuk membantu dan
simpati terhadap hal tersebut.
4.
Adil ( Nilai Keadilan )
Pengertian
adil adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. seorang
pemimpin harus memiliki sikap adil terhadap siapapun dan dapat menentukan suatu
perkara dengan tepat dan baik, dan dapat mendiagnosa hal-hal kedepannya
perilaku adil ini sangatlah penting yang harus dimiliki oleh sang pemimpin.
Adil dalam arti seimbang, dalam suatu kelompok
yang didalamnya terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan
tertentu. Dengan terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat
berjalan atau bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Firman Allah dalam surat
al-Infithar (82) ayat 6-7 berikut ;
يَا
أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ ﴿٦﴾
|
الَّذِي
خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ ﴿٧﴾
|
Artinya :
{6} Wahai manusia, apa yang membuat
kalian tergoda sehingga berani mendurhakai Tuhanmu Yang Maha Pemurah?
{7} Yang menghadirkan dirimu dari
ketiadaan ke alam wujud, menciptakan organ-organ tubuh yang dapat kamu
manfaatkan, dan menjadikanmu seimbang dan serasi.
5.
Amanah ( Nilai Kejujuran
)
Amanah
adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan
(Q.S. 32 : 72) yang tercakup di dalamnya khilafah ilahiyah (khalifat allah,
ibad allah), khilafah takwiniah (al-taklif al-syar'iah) dalam kaitannya dengan
hablun min allah dan hablun min al-nas. Sebagai seorang pemimpin harus mepunyai
sifat amanah dimana terdapat tanggung
jawab yang besar hubungannya dengan manusia dan Allah SWT. Amanah manusia
kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang mempunyainya, tidak
menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan
kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan.
5.
Professional
Profesional
pada hakekatnya merupakan symbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi
pekerjaan itu sendiri, dengan cara mengabdikan diri karena ia merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu (Chandler dalam Sahertian, 1994). Profesionalisme
menurut Surya (2003: 244) merupakan motivasi instrinsik sebagai pendorong untuk
mengembangkan dirinya kearah perwujudan professional. Kualitas profesionalisme
didukung oleh berbagai kompetensi ialah:
1.
Keinginan menampilkan perilaku yang
mendekati standard ideal.
2.
meningkatkan diri dan memelihara citra
profesi.
3.
keinginan untuk senantiasa mengejar
kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki
kualitas pengetahuan dan ketrampilan.
4.
mengejar kualitas dan cita-cita dalam
profesi.
5.
memiliki kebanggaan dalam profesinya.
Menurut
Sujana (1999) pekerjaan yang professional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk suatu bidang pekerjaan
tertentu, bukan karena orang tersebut tidak memperoleh pekerjaan lain.
Kesimpulan Profesional
diartikan sebagai kemampuan penguasaan substansi pengetahuan, ketrampilan
tehnis dan keahlian khusus sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Seorang profesional adalah
seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan
protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji
sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas
atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum
di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu, seringkali seseorang yang
merupakan ahli dalam suatu bidang juga disebut "profesional" dalam
bidangnya meskipun bukan merupakan anggota sebuah entitas yang didirikan dengan
sah. Sebagai contoh, dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional
yang merupakan kebalikan dari olahragawan amatir
yang bukan berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi demi uang.
Seorang pemimpin professional dapat
mengaplikasikan teori melalui kecakapan dan kemampuan serta perilaku yang
relevan.
Dalam Hal ini sifat profesional terbagi kedalam
beberapa kriterian diantaranya :
a.
Kerjasama
Kerja sama, atau kooperasi merujuk pada praktik
seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di khayalak dengan tujuan
atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara umum, alih-alih bekerja
secara terpisah dalam persaingan.
Seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat bekerja sama dengan bawahannya
dalam melakukan hal apapun dimana terdapat interaksi sosial antara pemimpin dn
bawahannya,sehingga suatu hal ataupun yang ditujunya dapat terselesaikan dengan
baik.
b.
Bekerja
sebagai ibadah
Kerja
merupakan pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini. Kerja dilakukan
seakan-akan kepada dan bagi kemuliaan nama Tuhan dan bukan kepada manusia. Oleh
karena itu orang bekerja penuh antusiasme.
Sebagai
seorang pemimpin yang antusias bekerja adalah selain untuk mencari penghasilan
dan menafkahi keluarganya, dia mempunyai pemikiran sebagai suatu ibadah kepada
sang khalik selain itu bekerja yang sedang dialaminya adalah suatu pencapaian
kebutuhan untuk melakukan suatu ibadah kepada allah swt.
c.
Menghargai Waktu
Seorang
yang sukses diantaranya adalah dimana dia bisa menghargai waktu, dengan
demikian tidak menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak penting
untuk menghargai waktu tersebut kita pergunakan sebaik mungkin untuk melakukan
hal-hal yang penting dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang banyak.
III.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa :
1. kepemimpinan bisa di artikan sebagai kemampuan seni
membimbing, mendorong, mengajak serta mempengaruhi orang lain, agar orang lain
(di dalam kelompok/organisasi yang di pimpinnya) mau mengikuti arahan dari sang
pemimpin.
2.
Dalam proses mempengaruhi orang lain
terdapat empat kategori gaya kepemimpinan yaitu : Telling ‑ dimana pemimpin memberitahukan apa yang harus dilakukan bawahan serinci
mungkin (tingkat kematangan rendah), Selling - dimana
pemimpin menjajakan atau mengkoordinasi tugas‑tugas yang harus dilakukan
bawahan (tingkat kematangan rendah‑sedang), Participating ‑ dimana
pemimpin mengikutsertakan bawahan (tingkat kematangan sedang‑tinggi), Delegating ‑ dimana pemimpin
mendelegasikan tugas‑tugas kepada bawahan (tingkat kematangan tinggi).
3.
Proses kepemimpinan akan berjalan baik apabila seorang
pemimpin dapat mengaplikasikan konsep-konsep kepemimpinan islam serta dapat
melaksanakan dan menjalankan amanah yang di berikan oleh allah, oleh masyarakat
serta oleh bawahan dengan sebaik-baiknya.
4.
Pada saat memimpin akan banyak sekali kondisi atau
situasi yang berbeda-beda, sehingga dalam kondisi apapun seorang pemimpin
sangat di harapkan untuk dapat mengatasi masalah yang di hadapinya, untuk itu
saran dari penulis adalah agar para mahasiswa dan orang-orang yang mengemban
jabatan sebagai pemimpin bisa belajar dari studi kasus kepemimpinan Rasulullah
SAW tersebut, sehingga dalam proses memimpin dapat terciptanya suasana yang
kondusif dan relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Wahid Khan, 2002 Rasulullah di Mata Sarjana Barat, Terj: Muhammad
Muhaimin, Mitra Pustaka, Yogyakarta, Cet. 2, hlm. 45
Al-Quran dan
terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta: 1993.
Annemary Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Terj. Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 72
Annemary Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Terj. Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1991), hlm. 72
Budiono,
Machfudin., 2000. Gaya Kepemimpinan,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Hadari
Nawawi. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta. Gajahmada
University press
Handoko T. Hani, Manajemen Edisi 2, BPFE
– Yogyakarta, 1984.
http://artikelrande.blokspot.com/2010/07/manajemen-kepemimpinan_6811.html
James K. Van
Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan,
Jakarta:Mitra
Jauhari
Maktum M.A. 2011. Kepemimpinan Sebagai Amanah. Universitas Brawijaya. Malang
Kamaruzzaman, Relasi Islam dan
Negara: Perspektif Modernis dan Fundamentalis (Magelang: Indonesiatera,
2001), hlm. 30.
Kartini Kartono, 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan:
Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ?. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
hlm. 5.
Kartini
Kartono. 1994. Arti Pemimpin.
Gramedia: Jakarta
M. Abdurrahman, Op.Cit., hlm. 40.
Muhammad
Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’lu Wal Marjan, (Semarang: Al-Ridha, 1993), Hal. 562-563
Mustafa
Al-Maraghi, 2011. Pengertian Amanah Dalam
Islam.
http://abyyasha.wordpress.com/2011/10/03/pengertian-amanah-dalam-islam/
Nuskhi. 2012. Kepemimpinan
Dalam Segi Islam. Kepemimpinan: Purwokerto
Purwanto,
Yadi. 2001., Makalah: Manajemen PT.Cendekia Informatika, Jakarta
Taufiq Rahman, op.cit., hlm. 22.
Tead,
Terry, Hoyt. 2003. Pengertian
Kepemimpinan. http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/#ixzz1ijX4CPTU